TRIBUNNEWS.COM - Acara amal di Ibu Kota Yaman, Sana'a berakhir ricuh.
Sedikitnya 85 orang tewas dan 322 orang lainnya terluka karena terinjak-injak pada Rabu (19/4/2023).
Kementerian Dalam Negeri yang dikelola Houthi menjabarkan acara amal tersebut diselenggarakan oleh kelompok pedagang.
Guardian melaporkan, Juru bicara kementerian menyalahkan insiden karena pendistribusian acak tanpa koordinasi dengan pemerintah daerah.
"Sedikitnya 85 tewas dan lebih dari 322 terluka," ucap seorang pejabat keamanan Houthi kepada kantor berita AFP.
Pasukan keamanan dikerahkan secara besar-besaran di sekitar area tersebut.
Baca juga: Upaya Akhiri Perang di Yaman, Arab Saudi Bebaskan 13 Tahanan Militan Houthi
Sementara itu, orang-orang berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk menemukan kerabat mereka.
Pihak berwenang lantas menutup akses menuju lokasi tersebut.
Ini merupakan tragedi terbaru yang menimpa negara termiskin di Semenanjung Arab itu terjadi beberapa hari menjelang hari raya Idul Fitri yang menandai akhir bulan suci Ramadan.
Penuturan saksi mata
Sementara itu, saksi mata, Abdel-Rahman Ahmed dan Yahia Mohsen mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa Houthi bersenjata telah menembak ke udara sebagai upaya untuk mengendalikan massa.
Tembakkan tersebut tampaknya mengenai kabel listrik, lapor Al Jazeera.
Kabel tersebut kemudian meledak dan semakin menyebabkan kepanikan di antara mereka yang menunggu pembagian uang dari acara amal itu.
Baca juga: Teks Naskah Khutbah Singkat Idul Fitri 2023/1444 H: Lebaran Tak Perlu Berlebih-lebihan
Video yang diposting di media sosial menunjukkan puluhan mayat tergeletak di tanah, beberapa tidak bergerak dan lainnya berteriak ketika orang-orang berusaha membantu.
Puluhan orang terluka dan dibawa ke rumah sakit terdekat.
Penyelenggara ditahan
Kementerian Dalam Negeri mengatakan telah menahan dua pedagang yang menyelenggarakan acara tersebut dan penyelidikan sedang dilakukan.
Sanaa telah berada di bawah kendali Houthi sejak 2014 ketika mereka menggulingkan pemerintah negara yang diakui secara internasional.
Lebih dari 21 juta orang di Yaman, atau dua pertiga dari populasi negara itu, membutuhkan bantuan dan perlindungan, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)