News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perang Saudara di Sudan

Dewan Pengungsi: Tetap Tinggal atau Melarikan Diri dari Sudan 'Sama-sama' Bisa Berakibat Fatal

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

UNHCR bersama Komisi Pengungsi Sudan di negara bagian White Nile, Sudan. Mereka menilai kebutuhan mendesak dari puluhan ribu pengungsi Sudan yang melarikan diri dari Kota Khartoum. UNHCR merencanakan latihan verifikasi untuk melayani mereka yang membutuhkan dengan lebih baik. Foto ini disediakan oleh UNHCR Sudan dan rilis pada 2 Mei 2023.

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, KHARTOUM - Saat ini banyak warga lokal Sudan yang tetap terjebak di rumah mereka, dengan kondisi kekurangan air, makanan, obat-obatan dan listrik yang meningkatkan risiko krisis kemanusiaan.

Hal itu karena organisasi bantuan memprioritaskan distribusi bantuan medis ke rumah sakit yang terjebak dalam konflik di negara itu.

Dikutip dari laman CNN, Rabu (3/5/2023), kekerasan berkobar di Darfur Barat pada pekan lalu, dengan serangan terhadap warga sipil yang terjadi di kota El Geneina berlanjut hingga Selasa kemarin.

Dua jenderal yang bertikai yakni Kepala Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) abdel Fattah al-Burhan dan Pemimpin Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Mohamed Hamdan Dagalo memiliki sejarah di wilayah tersebut, setelah memainkan peran kunci pada kontra pemberontakan melawan pemberontak dalam perang saudara di wilayah tersebut yang dimulai pada 2003.

Burhan menguasai tentara Sudan di Darfur, sementara Dagalo adalah komandan salah satu dari banyak milisi Arab, Janjaweed yang terlibat dalam pelanggaran dan kekejaman Hak Asasi Manusia (HAM).

"Mencoba melarikan diri bisa berakibat fatal. Anda mempertaruhkan hidup anda jika tetap tinggal, dan mengambil risiko jika anda pergi," kata Karl Schembri dari Dewan Pengungsi Norwegia, NRC.

Schembri menyebut situasi di wilayah Darfur Sudan sebagai 'kekacauan total', dengan kamp-kamp pengungsian dibakar, tempat perlindungan dibakar dan warga sipil tewas dalam pertempuran selama beberapa hari terakhir.

Ada kekurangan makanan, air dan pasokan medis, dengan hampir semua rumah sakit tidak beroperasi atau mengalami kerusakan.

Bahan bakar hanya dapat ditemukan di pasar gelap, memaksa banyak orang meninggalkan kendaraannya dan terpaksa berjalan kaki untuk bisa melarikan diri.

"Orang-orang yang sebelumnya terlantar akibat konflik lama yang belum terselesaikan di Darfur, dan pengungsi dari konflik regional lainnya seperti Suriah dan Yaman kini telah mengungsi lagi, beberapa untuk kedua, ketiga atau keempat kalinya," tegas Schembri.

Sejumlah pengungsi yang merupakan relawan NRC juga terjebak dalam pertempuran tersebut.

Menurut pernyataan dari Persatuan Dokter Sudan pada Selasa kemarin, setidaknya 94 orang telah tewas di kota El Geneina, Sudan di Darfur Barat sejak 20 April lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini