TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara dan tembakan anti-pesawat mengguncang ibu kota Sudan, Khartoum, Rabu (28/6/2023).
Padahal sebelumnya dua pihak bertikai menyatakan gencatan senjata untuk merayakan Idul Adha.
Konflik antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) paramiliter dimulai sejak April 2023 kemarin.
Perang saudara di Sudan telah memicu krisis kemanusiaan besar.
Hampir 2,8 juta orang terlantar, di mana hampir 650.000 telah melarikan diri ke negara tetangga.
Tiga kota yang membentuk ibu kota yang lebih luas di sekitar pertemuan Sungai Nil – Khartoum, Khartoum Utara, dan Omdurman – telah mengalami bentrokan dan penjarahan hebat selama lebih dari 10 minggu.
Baca juga: Tentara Sudan Umumkan Gencatan Senjata Sepihak untuk Peringati Hari Raya Idul Adha
Pertempuran semakin intensif di Omdurman pada Rabu (28/6/2023) sore.
Seperti diketahui, sejauh ini beberapa kesepakatan gencatan senjata telah gagal.
Situasi suram di Darfur
Di wilayah barat Darfur, situasi terus memburuk.
"Seluruh kota dikepung," kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Asosiasi Darfur Bar, sebuah kelompok aktivis yang memantau konflik, mengatakan RSF telah melakukan serangan mematikan di daerah Manwashi di Negara Bagian Darfur Selatan dua kali dalam lima hari terakhir.
PBB mengatakan 300.000 orang tewas dan 2,5 juta orang mengungsi dalam konflik Darfur, yang meletus di wilayah barat yang luas itu pada 2003.
Baca juga: Di Tanah Suci, Jemaah Haji Sudan Berdoa agar Allah Melakukan Intervensi Akhiri Perang
Sejak April, lebih dari 170.000 orang telah melarikan diri dari Darfur ke negara tetangga Chad, menurut badan pengungsi PBB.
Sebanyak hampir 645.000 orang telah mencari perlindungan di luar Sudan, menurut data Organisasi Internasional untuk Migrasi terbaru, dengan sekitar 2,2 juta lebih mengungsi di dalam negeri.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)