TRIBUNNEWS.COM - Armenia dan Azerbaijan kembali terlibat baku tembak di perbatasan mereka yang bergejolak, Kamis (11/5/2023).
Kedua negara itu telah lama saling bersitegang.
Konflik terbaru pecah menjelang pembicaraan yang diselenggarakan di Uni Eropa (UE).
Pertemuan itu dimaksudkan untuk menyelesaikan sengketa teritorial - atas Nagorno-Karabakh - yang sudah berlangsung selama 30 tahun.
Nagorno-Karabakh merupakan wilayah yang diakui sebagai bagian Azerbaijan tetapi sebagian besar dihuni oleh orang Armenia.
"Pasukan Azerbaijan menembakkan artileri dan mortir ke posisi Armenia di wilayah Sotk di timur," kata Kementerian Pertahanan Armenia dalam pernyataan, Kamis (11/5/2023).
Baca juga: AS Nilai Perdamaian Armenia dan Azerbaijan Dalam Jangkauan
Jumat korban
Kementerian Armenia menambahkan bahwa ada empat tentara yang terluka.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan "pihak Armenia sekali lagi melanggar perjanjian gencatan senjata" dengan "senjata kaliber besar".
"Seorang prajurit dari tentara Azerbaijan tewas setelah provokasi dari pasukan Armenia," kata kementerian pertahanan Azerbaijan dalam sebuah pernyataan.
Pertemuan di Brussel
Nikol Pashinyan dari Armenia dan Ilham Aliyev dari Azerbaijan akan mengadakan pembicaraan di Brussel pada Sabtu (13/5/2023).
Baca juga: Armenia Tawarkan Perdamaian kepada Turki
Keduanya juga sepakat untuk bertemu dengan para pemimpin Prancis dan Jerman di sela-sela KTT Eropa di Moldova pada 1 Juni, menurut Uni Eropa.
Upaya itu merupakan bagian dari dorongan untuk menormalisasi hubungan antara kedua tetangga di Kaukasus itu, Zawya melaporkan.
Armenia dan Azerbaijan sama-sama republik Uni Soviet yang memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991 ketika Uni Soviet bubar.
Mereka telah berperang dua kali atas wilayah yang disengketakan, terutama Nagorno-Karabakh, wilayah mayoritas Armenia di dalam Azerbaijan.
Puluhan ribu orang tewas dalam dua perang di kawasan itu.
Bentrokan pertama berlangsung enam tahun dan berakhir pada 1994.
Baca juga: Pasca Gencatan Senjata Nagarno-Karabakh, Menteri Pertahanan Armenia Mengajukan Pengunduran Diri
Sementara yang kedua pada 2020.
Konflik yang meletus pada 2020 berakhir dengan kesepakatan gencatan senjata yang dinegosiasikan Rusia.
Tapi bentrokan telah pecah secara teratur sejak saat itu.
Upaya mediasi Barat untuk menyelesaikan konflik terjadi ketika kekuatan regional utama Rusia berjuang untuk mempertahankan pengaruhnya yang menentukan karena dampak dari perangnya di Ukraina.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)