Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Armenia siap memulihkan perdamaian di kawasan itu dan sepenuhnya menormalkan hubungan dengan Turki.
Pernyataan ini disampaikan Menteri Luar Negeri Armenia Ararat Mirzoyan di Ankara, Turki pada Rabu kemarin.
Baca juga: Momen Presiden Erdogan Azan dan Beri Nama Bayi yang Baru Dilahirkan oleh Penyintas Gempa Turki
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (16/2/2023), kedua negara bertetangga itu telah berjuang mendefinisikan hubungan mereka sejak Armenia mendeklarasikan kemerdekaan pada 1990-an.
"Pada masa sulit bagi Turki ini, saya ingin menegaskan kembali kesiapan kami dalam memulihkan perdamaian di kawasan, serta untuk sepenuhnya menormalisasi hubungan dengan Turki demi membangun hubungan diplomatik," kata Mirzoyan setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.
Diplomat top Armenia itu merujuk pada bencana gempa bumi yang mengguncang Turki pada pekan lalu, yang telah merenggut lebih dari 41.000 nyawa, dengan lebih banyak lagi yang dikhawatirkan tewas di bawah reruntuhan.
"Saya ingin menyampaikan belasungkawa kepada mereka yang meninggal akibat gempa bumi ini dan pemulihan yang cepat bagi yang terluka. Kami selamat dari gempa bumi tahun 1988," kata Mirzoyan.
Ia menyampaikan bahwa negaranya benar-benar memahami rasa sakit yang dialami Turki dan rakyatnya saat ini.
"Bencana alam seperti itu merupakan tragedi bagi seluruh umat manusia, dan kita perlu menunjukkan solidaritas untuk melawan krisis kemanusiaan dalam situasi seperti itu," jelas Mirzoyan.
Baca juga: Kedubes Turki Imbau Warga Salurkan Bantuan Gempa di Lembaga Resmi, Sebut Ada Dugaan Penyalahgunaan
Saat Turki mengakui kemerdekaan Armenia dari Uni Soviet pada 1991, kedua tetangga tersebut tidak pernah menjalin hubungan diplomatik.
Permasalahan utamanya adalah ketidaksepakatan dalam mengkarakterisasi pembunuhan massal etnis Armenia oleh Kekaisaran Ottoman, dengan Republik Turki menolak klaim Armenia bahwa itu adalah genosida.
Turki menutup perbatasannya dengan Armenia pada 1993, sebagai solidaritas terhadap Azerbaijan dalam konflik atas Nagorno-Karabakh.
Baca juga: Turki Tangkap 78 Orang Terkait Postingan Provokatif Tentang Gempa di Media Sosial
Serangan sukses Azerbaijan terhadap wilayah mayoritas Armenia pada 2020 pun mendapatkan dukungan dari militer Turki.
Upaya pada 2009 untuk menjalin hubungan diplomatik menghasilkan protokol normalisasi, namun badan legislatif Turki dan Armenia tidak pernah meratifikasinya.
Dengan mediasi yang dilakukan Rusia, kedua negara itu akhirnya membuka kembali pembicaraan normalisasi pada Desember 2021.