TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Naiknya harga bahan makanan di Inggris telah menggantikan energi sebagai perhatian inflasi utama untuk Bank of England (BoE).
Seperti yang dilaporkan Bloomberg pada Kamis lalu, setelah bank melakukan kenaikan suku bunga dasar ke-12 berturut-turut.
Meskipun harga energi sedikit menurun, keluarga Inggris menghadapi kesulitan keuangan karena inflasi dua digit.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (14/5/2023), keluarga berpenghasilan rendah dan menengah menjadi kelompok yang paling terpukul, mengingat mereka menghabiskan sebagian besar pendapatan untuk kebutuhan pokok dan kini harus melihat peningkatan dramatis dalam tagihan belanja mereka.
Menurut BoE, inflasi makanan 'sangat tinggi', mencapai angka 19,1 persen pada Maret lalu.
Selama setahun terakhir, pertumbuhan harga grosir di Inggris berada pada level tertinggi sejak pencatatan dimulai.
Saat ini telah menggantikan biaya energi sebagai masalah keuangan terpenting bagi publik.
"Kami sangat menyadari betapa sulitnya kenaikan harga pangan ini bagi orang-orang, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah," kata Gubernur Bank of England Andrew Bailey, Kamis lalu.
Baca juga: Nestle Prediksi Lonjakan Harga Bahan Pangan Akan Terus Terjadi di 2023
Bailey mengatakan bahwa dirinya memperkirakan inflasi harga makanan akan segera melambat, namun mengakui bahwa itu membutuhkan waktu 'lebih lama dari yang kita perkirakan sebelumnya'.
Sementara itu, para ekonom mengatakan sulit untuk mengukur ke mana harga akan bergerak pada saat gangguan pasokan besar yang disebabkan oleh konflik di Ukraina 'saling terhubung saat ini di dunia modern'.
Ini mengindikasikan bahwa BoE tidak memiliki pengalaman sebelumnya untuk membuat perkiraan harga pangan.
Menurut Bloomberg, bahkan dengan biaya energi yang lebih rendah, akan membutuhkan waktu bagi produsen makanan untuk menyesuaikan harga dan membuat barang mereka lebih terjangkau bagi konsumen.
Sumber: https://www.rt.com/business/576183-uk-food-inflation-top-concern/