"Semua orang-orang berteriak," katanya.
"Orang-orang memanggil ambulans, seseorang berteriak bahwa masih banyak korban yang masih berada di tribun."
Saat penonton keluar dari tribun dan ke lapangan dari tribun 13 dan 14 di mana gas air mata paling tebal, seorang wanita muda terhuyung-huyung ke Angel, berjuang untuk bernapas.
Angel mengatakan gadis muda, yang dia perkirakan berusia sekitar 18 tahun, tampaknya meninggal akibat gas tersebut.
"Dia kesulitan bernapas dan tidak ada bekas luka di tubuhnya seperti diinjak-injak. Semua orang tampak seolah-olah telah diracuni malam itu," ungkap Angel.
"Mereka mengeluarkan busa dari mulut mereka dan baunya seperti gas air mata," tuturnya.
Angel mengatakan setiap orang yang keluar dari tribun memiliki wajah biru, mata memerah, dan kesulitan bernapas.
"Saya yakin mereka mati karena gas," katanya.
"Jika bukan karena gas, lalu apa?" tegasnya.
Baca juga: Diadili Tingkat Pengadilan Tinggi Jawa Timur, Terdakwa Kasus Kanjuruhan Tetap Dapat Hukuman Ringan
Polisi tembakkan 45 gas air mata di dalam stadion
Menurut laporan resmi Komnas HAM, polisi menembakkan 45 gas air mata di dalam stadion.
Setelah ditelusuri, gas air mata itu juga bertanggal dari 2019 dan telah kedaluwarsa.
Gas air mata biasanya terdiri dari bahan kimia seperti polutan udara beracun chloroacetophenone, chlorobenzylidene malononitrile, chloropicrin, bromobenzyl cyanide, dan dibenzoxazepine, menurut American Lung Association.
"Efek kesehatan jangka panjang dari gas air mata lebih mungkin terjadi jika terpapar dalam waktu lama atau dengan dosis tinggi saat berada di area tertutup," menurut asosiasi tersebut.