Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL – Pengamat penerbangan di Aviation Strategy, James Halstead mengatakan pengalihan pendaratan pesawat Air India buatan Amerika Serikat (AS) ke Rusia berpotensi memicu ketegangan di seluruh industri penerbangan.
Pasalnya Rusia sendiri telah menetapkan larangan terhadap sejumlah maskapai asing menggunakan wilayah udaranya sebagai pembalasan atas sanksi Barat yang dijatuhkan setelah menginvasi Ukraina.
Lantas hal itu membuat maskapai asal Amerika Serikat, Jepang dan Eropa memilih berhenti terbang di atas wilayah udara Rusia, sementara Air India dan beberapa maskapai China masih melalui wilayah udara Rusia demi mempersingkat waktu terbang dan memberi mereka keunggulan biaya dibandingkan pesaing.
Baca juga: Sempat Mendarat Darurat, Air India Kirim Pesawat Cadangan untuk Jemput Penumpang Terdampar di Rusia
"Di Air India, kami beroperasi sesuai dengan apa yang diberikan kepada kami oleh negara India dan tidak semua negara setuju," kata Campbell Wilson, CEO Air India.
"Jadi konsekuensinya akan ada hasil yang berbeda," sambungnya.
Sementara itu, CEO United Airlines Scott Kirby mengatakan maskapai penerbangan AS itu terpaksa berhenti mengoperasikan beberapa penerbangan ke India karena alasan ekonomi atau jangkauan pesawat karena diperlukan rute yang memutar.
“Ini jelas berdampak besar bagi kami,” katanya.
Kirby pun melihat pendaratan pesawat Air India di Rusia sebagai sesuatu hal yang dapat memicu krisis lebih luas.
"Apa yang akan terjadi jika sebuah maskapai penerbangan mendarat di Rusia dengan beberapa warga AS terkemuka di dalamnya? Itu adalah potensi krisis yang sedang terjadi," ungkap Kirby.
"Saya pikir kita harus menyelesaikannya sebelum krisis terjadi,” pungkasnya.