News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pembakar Al-Qur'an di Swedia Sebut akan Ulangi Aksinya 10 Hari Lagi di Depan Kedutaan Irak

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salwan Momika memprotes di luar masjid di Stockholm pada 28 Juni 2023, saat libur Idul Adha. Momika, 37, yang melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun lalu, mendapat izin dari polisi Swedia untuk membakar kitab suci umat Islam selama demonstrasi. Ia mengatakan akan mengulangi aksinya 10 hari lagi di tempat lain.

TRIBUNNEWS.COM - Pelaku pembakaran Al-Qur'an di Swedia, Salwan Momika (37), mengatakan akan mengulangi aksinya 10 hari lagi di depan Kedutaan Irak di Stockholm, Swedia.

Sebelumnya, pria pengungsi dari Irak itu meminta izin protes kepada polisi Swedia untuk merusak Al-Qur'an.

Setelah diberikan izin, Salwan Momika menginjak kitab suci Islam dan membakar beberapa halaman di depan masjid terbesar di ibu kota pada Rabu (28/6/2023).

Pembakaran Al-Qur'an di Swedia itu bertepatan dengan dimulainya Idul Adha dan akhir ibadah haji di Mekkah, Arab Saudi.

Setelah membakar Al-Qur'an, Salwan Momika mengatakan dia tahu tindakannya akan memancing reaksi.

Dia juga telah menerima ribuan ancaman pembunuhan.

Baca juga: Pimpinan MPR RI Kecam Keras Pembakaran Alquran di Swedia

Meskipun demikian, Salwan Momika merencanakan tindakan lebih lanjut dalam beberapa minggu mendatang.

"Dalam 10 hari saya akan membakar bendera Irak dan Alquran di depan Kedutaan Irak di Stockholm," katanya kepada outlet berita Expressen.

Sebelumnya, polisi Swedia telah memberinya izin sejalan dengan perlindungan kebebasan berbicara.

Namun, polisi Swedia kemudian mengatakan mereka telah membuka penyelidikan atas hasutan terhadap kelompok etnis.

Mereka mencatat, Salwan Momika telah melakukan pembakaran begitu dekat dengan masjid.

Salwan Momika memprotes di luar masjid di Stockholm pada 28 Juni 2023, saat libur Idul Adha. Momika, 37, yang melarikan diri dari Irak ke Swedia beberapa tahun lalu, mendapat izin dari polisi Swedia untuk membakar kitab suci umat Islam selama demonstrasi. (Photo by Jonathan NACKSTRAND / AFP) (AFP/JONATHAN NACKSTRAND)

Namun, Momika membantah tindakannya merupakan "kejahatan rasial" atau "hasutan terhadap kelompok mana pun".

“Polisi memiliki hak untuk menyelidiki apakah pembakaran itu merupakan kejahatan rasial. Mereka bisa benar dan mereka bisa salah," kata Salwan Momika, dikutip dari Arab News.

Ia menambahkan, pada akhirnya pengadilan akan memutuskan tindakannya.

Otorisasi polisi untuk protes datang dua minggu setelah pengadilan banding Swedia menolak keputusan polisi untuk menolak izin untuk dua demonstrasi di Stockholm termasuk pembakaran Al-Qur'an.

Polisi pada saat itu mengutip masalah keamanan, menyusul pembakaran kitab suci umat Islam di luar kedutaan Turki pada Januari 2023.

Tindakan itu menyebabkan protes berminggu-minggu, seruan untuk memboikot barang-barang Swedia dan menghentikan tawaran keanggotaan NATO Swedia, yang diblokir oleh Turki.

Kecaman Internasional

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara kepada pers selama kunjungannya ke kota Diyarbakir, Turki tenggara yang paling terpukul, lima hari setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter melanda wilayah perbatasan Turki dan Suriah, pada 11 Februari 2023. Bencana dan kemarahan yang diakibatkannya tentang bagaimana pemerintah Turki menanganinya, datang hanya beberapa bulan sebelum pemilihan presiden pada bulan Juni. Erdogan mengakui untuk pertama kalinya pada 10 Februari 2023 bahwa pemerintahnya tidak dapat menjangkau dan membantu para korban "secepat yang kami inginkan". (ILYAS AKENGIN/AFP)

Baca juga: Kecam Aksi Pembakaran Al Quran di Swedia, Syarief Hasan: Toleransi Kunci Kedamaian Global

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam Swedia karena mengizinkan pembakaran Al-Qur'an.

“Kami pada akhirnya akan mengajari orang Barat yang arogan bahwa menghina Muslim bukanlah kebebasan berpikir,” kata Erdogan, dikutip dari The Guardian.

“Kami akan menunjukkan reaksi kami sekuat mungkin, sampai kemenangan yang ditentukan melawan organisasi teroris dan Islamofobia tercapai," tambahnya.

AS juga mengutuk pembakaran itu.

Seorang juru bicara departemen luar negeri mengatakan AS percaya demonstrasi itu menciptakan "lingkungan ketakutan" yang akan memengaruhi kemampuan umat Islam dan anggota agama minoritas lainnya untuk menjalankan kebebasan beragama mereka.

Baca juga: Dukung Liga Muslim Dunia, MUI Protes Keras Soal Pembakaran Alquran di Swedia

Kementerian Luar Negeri Irak juga mengutuk keputusan Swedia untuk memberikan izin "ekstremis" untuk membakar Al-Qur'an.

Mereka mengatakan tindakan seperti itu mengobarkan perasaan umat Islam di seluruh dunia dan merupakan provokasi yang berbahaya.

Arab Saudi juga mengecam pembakaran Alquran.

“Tindakan penuh kebencian dan pengulangan ini tidak dapat diterima dengan alasan apa pun,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi.

Iran bergabung dalam kecaman itu, menyebut pembakaran Alquran provokatif, dianggap buruk dan tidak dapat diterima.

“Pemerintah dan rakyat Republik Islam Iran tidak mentolerir penghinaan seperti itu dan mengutuk keras itu,” kata juru bicara Kementerian Luar negeri Iran, Nasser Kanani.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Pembakaran Al-Quran di Swedia

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini