TRIBUNNEWS.COM - Jumlah kasus bunuh diri di Singapura mencapai rekornya.
Organisasi pencegahan bunuh diri Singapura, Samaritans of Singapore (SOS) mencatat sebanyak 476 kasus bunuh diri telah terjadi di Singapura pada 2022.
Dari catatan tersebut menjadi jumlah tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir.
Dikutip dari CNA, jumlah kasus bunuh diri ini menjadi "peningkatan yang memprihatinkan" sebesar 25,9 persen dari 378 yang dilaporkan pada 2021.
SOS mencatat, masalah utama yang paling sering dikemukakan adalah masalah keluarga, pekerjaan dan kesulitan keuangan, serta hubungan asmara.
Peningkatan bunuh diri di sebagian besar kelompok umur dilaporkan, terutama di kalangan remaja dan orang tua.
Baca juga: Kondisi Suami di Lebak yang Coba Bunuh Diri Usai Gorok Istri Kini Kritis
Bunuh diri, sebut SOS, menjadi penyebab utama kematian remaja berusia 10 hingga 29 tahun selama empat tahun berturut-turut.
Sementara, orang berusia antara 70 dan 79 tahun mencatat peningkatan terbesar, sekitar 60 persen dalam kasus bunuh diri tahun lalu dibanding 2021.
Tiga masalah teratas yang dicari orang lanjut usia adalah masalah medis, problem keluarga, dan kesepian, kata SOS.
Dari 476 kematian akibat bunuh diri tahun lalu, 317 adalah laki-laki dan 159 sisanya adalah perempuan.
"Secara global, kematian bunuh diri laki-laki secara konsisten melebihi jumlah kematian bunuh diri perempuan."
Baca juga: Usai Gorok Leher Istri Hingga Tewas, Suami di Lebak Coba Bunuh Diri di Belakang Rumah
"Penelitian telah menunjukkan bahwa ada beberapa faktor potensial yang dapat menyebabkan angka yang lebih tinggi, termasuk ekspektasi masyarakat dan stigma kesehatan mental," kata SOS.
Konsultan senior dan direktur medis di Connections MindHealth, Dr Jared Ng, mengatakan "peningkatan angka bunuh diri yang belum pernah terjadi sebelumnya di Singapura sangat memilukan".
"Peningkatan ini melukiskan gambaran tentang tekanan mental yang tak terlihat yang merasuki masyarakat kita, terutama di kalangan kaum muda dan orang tua," katanya.
"Sangat penting bagi kita untuk tetap waspada terhadap masalah mendesak yang terus berdampak besar pada kesehatan mental, seperti isolasi sosial dan kesepian."
"Saatnya sekarang, untuk menggandakan upaya kita dalam bidang deteksi dini dan secara aktif mendorong budaya mencari bantuan dan saling menjaga," pungkasnya.
Baca juga: Aktor Kabuki Terkenal Jepang Mengakui Membantu Ayah dan Ibunya Bunuh Diri
Tingkat Bunuh Diri
Menurut WHO, lebih dari 700 ribu orang meninggal dunia karena bunuh diri setiap tahunnya.
Bunuh diri terjadi sepanjang umur dan merupakan penyebab utama kematian keempat di antara usia 15-29 tahun secara global pada tahun 2019.
Bunuh diri tidak hanya terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi, tetapi merupakan fenomena global di seluruh wilayah dunia.
Faktanya, lebih dari 77 persen kasus bunuh diri global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah pada tahun 2019.
Baca juga: Dua Mahasiswa Unitri Malang Tewas karena Dikeroyok dan Bunuh Diri, Ini Kata Pihak Kampus
Bunuh diri adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius; namun, bunuh diri dapat dicegah dengan intervensi yang tepat waktu, berbasis bukti, dan seringkali berbiaya rendah.
Agar respons nasional menjadi efektif, diperlukan strategi pencegahan bunuh diri multisektoral yang komprehensif.
Kontak bantuan
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:
https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/
(Tribunnews.com/Whiesa)