Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Korea Utara dikabarkan telah menembakkan dua rudal balistik ke arah timur pada Rabu (19/7/2023) pagi, hanya beberapa jam setelah kapal selam Amerika Serikat (AS) tiba di pelabuhan Korea Selatan.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan meminta Korea Utara untuk menghentikan peluncuran semacam itu.
"Kami mengutuk keras peluncuran rudal balistik berturut-turut Korea Utara sebagai tindakan provokatif yang merusak perdamaian dan stabilitas Semenanjung Korea serta masyarakat internasional, dan jelas merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB," kata JCS dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Populer Internasional: Korea Utara Luncurkan Rudal Balistik - Grup Wagner akan Latih Tentara Belarus
Militer AS pun tampaknya juga mengetahui peluncuran rudal tersebut dan sedang berkonsultasi secara dekat dengan sekutu dan mitranya.
“Peluncuran tersebut tampaknya tidak menimbulkan ancaman langsung bagi Amerika Serikat atau sekutunya, tetapi peristiwa tersebut menyoroti dampak destabilisasi dari program senjata ilegal Korea Utara,” kata juru bicara Komando Militer Indo-Pasifik A.S. dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kedua rudal itu kemungkinan jatuh di luar zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang.
“Rudal pertama mencapai ketinggian 50 km (31 mil) dan menempuh jarak 550 km, sedangkan yang kedua naik setinggi 50 km dan terbang 600 km,” ujar Yasukazu Hamada, Menteri Pertahanan Jepang.
“Kami akan mengajukan protes terhadap peluncuran rudal melalui saluran diplomatik,” sambungnya.
Peluncuran terbaru ini terjadi hampir sepekan setelah Korea Utara menguji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-18 terbarunya, sebuah peluncuran yang dikatakan Pyongyang sebagai peringatan bagi AS dan musuh lainnya.