News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Presiden Brazil Lula da Silva: Dunia Mulai Muak dengan Konflik Ukraina

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan pada Rabu kemarin bahwa negara-negara di seluruh dunia mulai bosan dengan konflik militer yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

"Dunia mulai lelah. Negara-negara mulai lelah," kata da Silva.

Hal ini disampaikan setelah menghadiri pertemuan dua hari dengan para pemimpin Uni Eropa (UE) dan Amerika Latin di Brussels, Belgia.

Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (20/7/2023), ia meramalkan bahwa pada akhirnya akan tiba saatnya muncul perdamaian di Ukraina.

Oleh karena itu, untuk memulainya, sekelompok negara harus dapat berbicara dengan dua negara pecahan Soviet itu.

da Silva yang telah mendorong kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina juga menolak tuduhan terhadap Rusia sebagai satu-satunya biang keladi di balik konflik tersebut.

Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-512: Hindari Penangkapan, Putin Tak Hadiri KTT BRICS di Afsel

Ia menekankan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy serta pemimpin Amerika Serikat (AS) Joe Biden, juga memiliki andil karena gagal bernegosiasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mencegah konflik.

Selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) antara UE serta Komunitas Negara Amerika Selatan dan Karibia (CELAC) pada minggu ini, pejabat Eropa berharap dapat menandatangani pernyataan akhir yang akan menampilkan kecaman eksplisit atas tindakan Rusia di Ukraina.

Namun, para pemimpin UE gagal membujuk semua rekan Amerika Latin mereka, karena sejumlah negara, termasuk Braslzil dan Nicaragua, keberatan dengan dimasukkannya 'bahasa yang keras' tentang Rusia dalam dokumen tersebut.

Deklarasi akhir yang mencakup janji-janji investasi dan beberapa kesepakatan, akhirnya ditandatangani oleh semua anggota KTT kecuali Nicaragua yang menolak dimasukkannya sedikitpun paragraf yang mengacu pada konflik Ukraina.

Terlepas dari komitmen NATO untuk mendukung Ukraina, 'selama yang diperlukan, sejumlah pejabat Barat baru-baru ini mulai memperkirakan bahwa dukungan untuk Ukraina perlahan berkurang.

Hal ini karena 'kelelahan perang' terjadi akibat konflik yang berkepanjangan.

Pekan lalu, Presiden Ceko Petr Pavel menyatakan bahwa Ukraina harus mendapatkan kembali wilayahnya sebanyak mungkin sebelum pemilihan Presiden AS pada 2024.

Karena ini dapat membuat para pendukung Ukraina di AS mempertimbangkan kembali volume bantuan militer yang dikirim ke Ukraina.

Pada Maret lalu, Presiden Slovakia Zuzana Caputova juga memperingatkan bahwa bantuan militer untuk Ukraina memang tidak terbatas, namun ia mengklaim bahwa dukungan publik untuk Ukraina telah 'habis'.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini