Laporan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - KBRI Kairo tidak membantah terjadinya tindak kekerasan yang dilakukan sejumlah oknum di kalangan pelajar atau mahasiswa Indonesia di Mesir.
Aksi kekerasan fisik dan verbal pascaturnamen futsal Cordoba Cup melibatkan oknum pelajar/mahasiswa Indonesia dari berbagai kekeluargaan termasuk dari KSW (Kelompok Studi Walisongo, asal Jateng dan DIY) dan KKS (Kerukunan Keluarga Sulawesi) di daerah Gamaleya, Kairo, Mesir.
"KBRI Kairo menyampaikan rasa keprihatinan yang sangat mendalam atas terjadinya aksi kekerasan fisik dan verbal pascaturnamen futsal Cordoba Cup," tulis pernyataan yang dikeluarkan hari Minggu (23/7/2023).
KBRI Kairo menyatakan telah menyampaikan kecaman keras atas tindakan kekerasan yang telah terjadi dalam segala bentuknya dengan alasan apa pun.
Tidak disebutkan secara gamblang kronologi kejadian pengeroyokan tersebut namun KBRI Kairo memastikan bahwa sudah ada langkah-langkah yang dilakukan dengan cara bermusyawarah untuk menyelesaikan kejadian ini.
Baca juga: KBRI Kairo: Mesir Hub Perdagangan Penjuru Dunia
"KBRI Kairo telah berusaha sejak awal melakukan pertemuan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam mencari jalan keluar masalah melalui cara-cara musyawarah dan sekaligus menempuh penyelesaian melalui proses hukum," lanjutnya.
Kekerasan ini diketahui ternyata tidak hanya terjadi sekali di antara sesama mahasiswa Indonesia di yang berkuliah di Universitas Al-Azhar.
Dalam pernyataan lanjutan, terdapat laporan korban kekerasan yang juga dialami sebelumnya oleh anggota kekeluargaan lainnya dengan pelaku oknum dari kekeluargaan yang sama.
Kesepakatan tersebut dinilai tidak akan menyelesaikan masalah dan dianggap tidak menghasilkan efek jera bagi pelaku dalam upaya memutus mata rantai kekerasan pelajar dan mahasiswa Indonesia di Mesir.
Mereka menekankan perlunya penyelesaian masalah melalui jalur hukum.
KBRI menyatakan telah mendampingi korban untuk melaporkan kasus mereka ke pihak kepolisian Mesir di wilayah tempat kejadian perkara (TKP) pada Jumat, 14 Juli 2023 dinihari hingga subuh.
Pihak kepolisian setempat menyampaikan siap memproses laporan korban dan memberikan pandangan bahwa akan terdapat mekanisme dan prosedur yang harus ditempuh oleh pelapor maupun terlapor dalam proses penyelidikan dan penyidikan.
Dalam upaya melanjutkan proses hukum dan menjamin kepastian perlindungan kepada korban, KBRI Kairo juga telah berkoordinasi dengan National Security (NS) Mesir sebagai pemangku kewenangan dalam menangani masalah hukum warga negara asing.
Hal ini juga dilakukan untuk membahas langkah pengamanan dan pencegahan aksi kekerasan lanjutan.
Baca juga: Mahasiswa Kader NU Diduga Jadi Korban Pengeroyokan yang Dilakukan Belasan WNI di Mesir
"KBRI Kairo juga akan melakukan pertemuan dan konsultasi dengan NS Mesir terkait langkah-langkah penyelesaian secara hukum yang dapat ditempuh oleh pihak-pihak yang bertikai," tulisnya.
"Selain itu, KBRI Kairo siap mendampingi pelaporan pihak korban kepada pihak Al-Azhar untuk ditindaklanjuti sesuai mekanisme dan aturan yang berlaku di lingkungan lembaga pendidikan Al-Azhar," lanjut pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Ikatan Keluarga Alumni Nahdlatul Ulama (IKANU) Indonesia Mesir melaporkan seorang mahasiswa sekaligus kader pengurus cabang istimewa NU (PCINU) , F (19) menjadi korban pengeroyokan.
Pelaku diduga merupakan oknum warga negara Indonesia (WNI) asal Sulawesi yang juga mahasiswa Univeristas Al-Azhar, Mesir.
Sekjen IKANU KH Anies Masduqi mengecam keras penganiayaan yang dilakukan oknum mahasiswa asal Sulawesi itu.
Tindakan oknum mahasiswa tersebut tidak sesuai dengan nafas dan ruh Al-Azhar Mesir.
“Kenyataan terkutuk yang sangat disayangkan semua pihak, tindakan rendah, bodoh, hina, dan kontraproduktif, serta mengkhianati garis ajaran yang diperjuangkan Universitas Al-Azhar sebagai almamater,” kata KH Anies Masduqi, dikutip dari laman resmi NU Online, Sabtu (22/7/2023).
Anies menyebut, akibat penganiayaan tersebut, korban F mengalami luka lebam di sekujur tubuhnya dan trauma.
Ia menjelaskan, penganiayaan terhadap korban F, mahasiswa asal Kudus Jawa Tengah yang saat ini tengah studi di Mesir terjadi, pada 12 Juli 2023.
Anies mengungkapkan, aksi penganiayaan dilakukan pelaku di Mansouriyah 4B flat 2.
"Pelaku ditaksir berjumlah 15 orang, terduga merupakan oknum organisasi kerukunan warga," ucapnya.
Tak hanya melakukan penganiayaan, kata Anies, para pelaku juga merusak rumah korban F dan fasilitas kantor sekretariat mahasiswa Jawa Tengah dan Yogyakarta di Mesir.
Bahkan, Anies mengungkapkan, aksi penganiayaan terhadap F oleh pelaku telah terjadi sebanyak dua kali.
"Aksi penganiayaan yang menimpa korban tersebut terjadi kali kedua, setelah sebelumnya dianiaya usai bermain bola di Nadi Gamaliya, pada 9 Juli 2023, dan tak ada sanksi apapun," jelas Anies.
Para pelaku tersebut, dijelaskan Anies, sebelumnya sudah melakukan aksi tindak kekerasan, yakni terhadap Z, seorang WNI asal Madura, pada 19 Juni 2023 lalu.
"Korban mengalami luka lebam di bagian wajah bahkan menurut keterangan korban sempat diinjak dengan sepatu," jelasnya.
Anies mengatakan, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari pihak KBRI atas insiden ini.
"PPMI Mesir, selaku organisasi Induk pelajar Mesir sedang melakukan konsolidasi dengan anggotanya untuk menyikapi insiden tersebut," katanya.