TRIBUNNEWS.COM - Seorang saksi mata ledakan bom bunuh diri di acara pertemuan partai politik di Pakistan, menceritakan detik-detik ledakan terjadi.
Serangan bom itu terjadi pada hari Minggu (30/7/2023), di distrik Bajaur, menargetkan Jamiat Ulema-e-Islam-Fazl (JUI-F), partai yang berkoalisi dengan pemerintah, BBC.com melaporkan.
Mengutip Reuters, jumlah korban tewas kini mencapai 56 orang.
Imran Mahir, penyelenggara acara tersebut berkata orang yang berdiri di sebelahnya tewas akibat ledakan bom itu.
Orang lainnya terluka.
"Suara ledakannya sangat keras," ujar Mahir.
Baca juga: Pakistan diguncang bom bunuh diri, sedikitnya 44 tewas di acara rapat umum Partai Islam
"Saya awalnya mengira ada masalah dengan generator atau sound system."
"Telinga saya berdengung dan sakit."
"Kepala saya masih sakit."
Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Kelompok yang juga bernama Islamic State Khorasan (ISKP) itu berkata serangan tersebut adalah bagian dari "perang melawan demokrasi."
ISKP pernah menargetkan pejabat partai politik setidaknya empat kali sejak 2017, karena menentang dukungan JUI-F untuk demokrasi di Pakistan.
ISKP juga mengaku bertanggung jawab atas beberapa serangan lain tahun ini di Bajaur yang menargetkan JUI-F.
Pada bulan Juni, dikatakan bahwa kelompok itu juga berada di balik pembunuhan seorang pejabat partai di desa Inayat Killi.
Ratusan orang telah mengikuti pertemuan parpol tersebut, yang merupakan kesempatan bagi Islamis JUI-F untuk menggalang dukungannya menjelang pemilihan yang diharapkan berlangsung akhir tahun ini.
Mahir, yang duduk di atas panggung ketika bom meledak, menjelaskan bagaimana ledakan itu menghamburkan api dan peluru ke kerumunan.
Baca juga: Ledakan Bom Bunuh Diri di Pakistan, 44 Orang Tewas dan 200 Lainnya Terluka
"Saya melihat orang-orang yang terluka dan tewas di sekitar saya. Situasinya sangat buruk - seperti hari kiamat."
"Segera setelah ledakan terjadi kepanikan, kekacauan, orang-orang berlarian ke mana-mana."
"Saya tidak tahu kenapa saya tidak terluka, itu keberuntungan saya, waktu saya belum berakhir."
"Ada seorang pria berusia 80-an jauh dari ledakan tapi dia terkena," katanya.
Para pejabat memperingatkan jumlah korban tewas dapat meningkat, karena beberapa orang berada dalam kondisi kritis.
Seorang pemimpin regional JUI-F, Maulana Ziaullah, termasuk di antara korban tewas, kata pejabat setempat kepada BBC.
"Kami tidak pernah mengira itu akan terjadi pada pekerja politik atau mahasiswa dan mereka akan melakukan ledakan sebesar itu."
"Kami bahkan tidak memikirkannya," kata Mahir.
Mahir mengatakan dia sudah mengunjungi tujuh pemakaman dalam semalam.
Meski begitu, Mahir mengatakan moral dalam jajaran JUI-F tetap kuat dan tinggi.
"Kami tidak akan berhenti memperebutkan kursi, kami akan melanjutkan. Kami akan menghadapi masa depan".
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengutuk aksi para teroris yang "menargetkan mereka yang berbicara untuk Islam, Quran dan Pakistan".
Taliban Pakistan (TTP) mengutuk serangan itu dan membantah terlibat.
Dalam beberapa tahun terakhir serangan TTP dan kelompok militan lainnya telah meningkat lagi di barat laut Pakistan setelah Taliban Afghanistan memperoleh kekuasaan di negara tetangga Afghanistan pada tahun 2021.
TTP melanjutkan serangannya setelah mengakhiri gencatan senjata November lalu.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)