TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Harga kakao, bahan pembuat cokelat melonjak ke level tertinggi selama lebih dari 12 tahun pada pekan lalu.
Kenaikan ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang produksi di masa mendatang, saat stok yang tersedia sudah menipis.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (6/8/2023), kakao berjangka New York naik menjadi 3.552 dolar Amerika Serikat (AS) per metrik ton, sebelumnya pun memuncak pada 3.569 dolar AS per ton.
Ini merupakan harga tertinggi komoditas itu sejak Maret 2011.
Para ahli mengaitkan lonjakan harga tersebut dengan penurunan pasokan produk secara global.
"Saya kira kita tidak pernah mengalami defisit selama tiga tahun berturut-turut," kata analis komoditas luna, Judith Ganes.
Ia menambahkan bahwa tanaman pada bagian barat Afrika, tempat sebagian besar kakao ditanam, berisiko mengalami penurunan produksi.
Para analis memperingatkan bahwa penggunaan pupuk yang lebih rendah oleh petani karena biaya yang tinggi dan cuaca ekstrem mengancam jumlah kakao yang dapat diproduksi oleh petani papan atas Pantai Gading dan Ghana.
Mereka juga mengutip prospek musim kemarau yang kuat mulai November mendatang dan seterusnya, karena peristiwa cuaca El Nino biasanya mengurangi hujan di Afrika Barat.
Baca juga: Puluhan Ton Bubuk Kakao asal Indonesia Diekspor ke Mesir
Menurut perkiraan Bloomberg, panen biji kakao Pantai Gading diprediksi turun 20 persen pada 2023 dibandingkan tahun lalu.
Di Ghana, diproyeksikan jatuh di bawah rata-rata historis.
Kekurangan tersebut memaksa produsen cokelat utama Lindt dan Hershey Co. untuk mengeluarkan peringatan tentang potensi kenaikan harga lebih lanjut.
Krisis dalam industri tentu dapat mempengaruhi tidak hanya kuantitas produk, namun juga kualitas.
"Selain menerapkan harga yang lebih tinggi, perusahaan cokelat dapat mengurangi ukuran cokelat batangan mereka," kata Bloomberg.
Sumber: https://www.rt.com/business/580674-cocoa-prices-surge-chocolate/