Kirim Utusan Bertemu Junta Militer Niger, AS Dianggap Tancapkan Belati ke Punggung Prancis
TRIBUNNEWS.COM - Langkah Amerika Serikat (AS) yang mengirim Wakil Menteri Luar Negeri, Victoria Nuland untuk berbicara dengan perwakilan pemerintah baru dari Junta Militer di Niger, Afrika Barat, dianggap mengkhianati Prancis.
Sebuah laporan dari Le Figaro, mengutip sebuah sumber di Kementerian Luar Negeri Prancis, langkah AS itu dianggap sebagai tikaman di punggung sekutunya, Prancis.
"AS melakukan kebalikan dari apa yang kami pikir akan mereka lakukan," kata seorang sumber diplomatik Prancis kepada surat kabar itu.
Baca juga: Bos Wagner Olok-olok AS yang PDKT ke Junta Militer Niger: Kemarin Tak Akui Sekarang Malah Bertemu
Seperti diketahui, Paris bersikeras untuk mengembalikan kekuasaan Presiden terguling, Mohamed Bazoum yang kena kudeta junta militer Niger pada akhir Juli.
Pemerintah Prancis juga siap untuk mendukung penggunaan kekuatan oleh negara-negara Afrika Barat demi kembali berkuasanya Bazoum.
Karena itu, Prancis juga mendukung langkah Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) dalam keputusannya untuk memobilisasi pasukan cadangan setelah pengusiran dari Niger.
"Dengan mengirim Nuland ke Niger, AS menunjukkan bahwa mereka siap untuk berbicara dengan para pemimpin kudeta," tulis Le Figaro.
“Bagi (Presiden Prancis) Emmanuel Macron, kredibilitas Prancis, khususnya dalam wacana demokrasi, dipertaruhkan. Bagi orang Amerika, bahkan jika mereka juga khawatir tentang kembalinya tatanan konstitusional dengan cepat, prioritasnya adalah stabilitas kawasan,” kata sumber surat kabar itu di dalam kementerian luar negeri.
"Amerika hanya ingin “mempertahankan pangkalan mereka” di wilayah tersebut di atas segalanya," kata diplomat itu.
Dia menambahkan, Washington “tidak akan ragu” untuk membatalkan tuntutannya atas apa yang disebutnya “legalitas konstitusional” untuk mencapai tujuan ini.
Saat ini, Paris khawatir Washington dapat mencapai kesepakatan dengan pemerintah militer Niger di belakang punggung Prancis.
AS memiliki kekuatan militer yang cukup besar di Niger, berjumlah sekitar 1.300 tentara dan hampir menyamai Prancis, yang memiliki sekitar 1.500 prajurit di negara itu.
Pasukan Amerika dibagi antara dua pangkalan, yang terletak di ibu kota Niger Niamey dan kota Agadez di utara.
Agadez dilaporkan sangat penting bagi Washington karena menampung jalur pendaratan untuk drone dan berfungsi sebagai pusat pengawasan untuk wilayah besar yang membentang dari Afrika Barat hingga Libya di utara.