TRIBUNNEWS.COM - Banjir yang melanda Jalur Gaza akibat hujan deras telah memperparah situasi bagi warga Palestina yang mengungsi akibat serangan selama 13 bulan.
Dalam keadaan yang sudah sulit, banjir membawa lebih banyak kesulitan.
Air menggenangi perkemahan tenda dan menghanyutkan tempat perlindungan yang digunakan oleh orang-orang yang terpaksa meninggalkan rumah.
Hujan deras yang berlangsung sepanjang malam menggenangi banyak tenda yang ditempati pengungsi.
Beberapa di antaranya bahkan terpaksa menggali parit untuk mengalirkan air keluar dari tenda mereka.
Ahmad, seorang warga pengungsi dari Jabalia, mengungkapkan dia dan keluarga meninggalkan wilayah utara dan selamat dari pengeboman.
"Namun kini hujan dan dingin membunuh kami. Saya sudah sakit selama tiga hari," katanya.
Keadaan ini menunjukkan betapa penderitaan mereka tidak hanya berasal dari perang, tetapi juga dari alam yang menambah kesulitan hidup.
Kondisi fisik para pengungsi menjadi semakin buruk akibat hujan.
Um Mohammad Marouf, seorang warga Beit Lahiya, menyatakan, "Anak-anak kami basah kuyup. Pakaian kami basah dan kami tidak punya apa pun untuk melindungi diri, hanya tenda."
Baca juga: Menteri Keuangan Israel Menyerukan Pengurangan Setengah Populasi Warga Palestina di Jalur Gaza
Banyak tenda yang awalnya digunakan untuk perlindungan kini sudah usang dan tidak lagi efektif.
Selain itu, harga tenda baru dan terpal plastik melonjak, membuat banyak keluarga pengungsi tidak mampu membeli perlindungan yang diperlukan.
Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan, sekitar 10.000 tenda telah hanyut atau rusak akibat badai.
Mereka juga memohon bantuan internasional untuk menyediakan tenda bagi keluarga pengungsi.