TRIBUNNEWS.COM - Pejabat tinggi manajemen darurat Maui Hawaii mengundurkan diri pada Kamis (17/8/2023), hanya satu hari setelah ia menjelaskan mengapa sirene peringatan tidak dibunyikan saat terjadi kebakaran.
Dilaporkan nbcnews.com, pengunduran diri Herman Andaya, administrator Badan Manajemen Darurat Maui, berlaku saat itu juga, kata seorang juru bicara pemerintahan Maui.
Dengan alasan kesehatan, Herman Andaya mengajukan pengunduran dirinya dan Walikota Richard Bissen menerimanya, kata Maui County dalam sebuah pernyataan Kamis.
“Mengingat beratnya krisis yang kita hadapi, saya dan tim saya akan menempatkan seseorang di posisi kunci ini secepat mungkin dan saya berharap dapat segera mengumumkannya,” kata Bissen.
Kebakaran hutan yang menghancurkan kota bersejarah Lahaina di Maui Barat pada 8 Agustus, menewaskan lebih dari 100 orang.
Ribuan bangunan juga hancur, banyak di antaranya perumahan penduduk.
Baca juga: Senin Depan Presiden AS Biden Kunjungi Lokasi Kebakaran Hutan Kota Lahaina Hawaii
Banyak warga melarikan diri dari api tanpa banyak membawa harta benda mereka.
Peringatan darurat yang harusnya terkirim ke handphone masing-masing penduduk, juga tidak semua tercapai karena listrik padam sejak pagi itu.
Andaya mengatakan, dia memutuskan untuk tidak membunyikan sirene saat api mendekat, karena dia khawatir penduduk pesisir akan melarikan diri ke pedalaman atau pegunungan, tempat sumber api berada.
“Masyarakat dilatih untuk mencari tempat yang lebih tinggi jika sirene dibunyikan,” ucapnya, menekankan bahwa sirene biasanya digunakan terutama untuk peringatan tsunami.
“Kalau malam itu kami membunyikan sirene, kami takut orang-orang akan pergi 'mauka',” kata Andaya, menggunakan kata yang berarti 'ke lereng gunung'.
"Dan jika itu terjadi, maka mereka justru akan pergi ke dalam api," lanjutnya.
Andaya mengatakan, protokol lainnya untuk memperingatkan penduduk adalah dengan mengirim pesan ke ponsel dan melalui televisi dan radio.
Catatan menunjukkan, Andaya kerap meremehkan penggunaan sirene, setelah berulang kali menyebutnya sebagai "upaya terakhir".
Pada pertemuan tahun 2020, Andaya melaporkan bahwa hanya 58 dari lebih dari 70 sirene di pulau itu yang berfungsi.
Ia mengatakan bahwa proses untuk memperbaiki sirene memakan waktu dan ada cara lain untuk memberi tahu publik saat terjadi keadaan darurat.
Baca juga: Satu Rumah WNI Ludes Dilalap Si Jago Merah, Hawaii Tetapkan Situasi Darurat
Seorang petugas pemadam kebakaran menjawab bahwa sirene masih penting selama keadaan darurat besar, ketika listrik dan telepon mungkin padam.
“Maaf, saya tidak bermaksud merendahkan nilai sirene,” kata Andaya saat itu.
"Saya sangat setuju dengan Anda, Chief, bahwa sirene itu penting."
Kebakaran Masih Berlanjut
Mengutip CNN.com, kobaran api yang paling merusak, yakni kebakaran di wilayah Lahaina seluas 2.170 hektar, baru dapat diatasi 89 persen pada Rabu (16/8/2023) malam, ungkap akun resmi pemerintahan Maui di Facebook.
Beberapa kebakaran hutan lainnya masih terjadi di Maui, termasuk kebakaran Olinda seluas 1.081 hektar, yang 85 persen dapat diatasi pada hari Rabu, dan kebakaran Kula seluas 202 hektar, yang 80 persen dapat diatasi.
"Kami tersebar tipis, dan kami berada di beberapa lokasi di seluruh pulau," kata Kepala Pemadam Kebakaran Kabupaten Maui, Brad Ventura.
"Tetap saja, jika sesuatu datang, kami siap untuk itu."
Baca juga: Kronologi Kebakaran Hebat di Hawaii AS yang Tewaskan 89 Orang dan Hanguskan Ribuan Rumah
Data Jumlah Korban dan Kerusakan
Berikut jumlah korban dan kerusakan menurut data yang dihimpun Reuters, hingga Jumat (18/8/2023) pukul 03.00 WIB.
Meninggal: Sedikitnya 111 orang
Cedera yang tidak fatal: Setidaknya 20 orang
Hilang: Setidaknya 100 orang
Terlantar: Setidaknya 11.000 orang
Bangunan hancur: Setidaknya 2.200
Area yang terkena dampak: Setidaknya 3.200 hektar
Kerugian akibat properti: $5,5 miliar
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)