PLTN Fukushima sendiri terletak di pantai timur negara itu, sekitar 220 kilometer dari Ibu Kota Tokyo.
Jepang telah mengumpulkan dan menyimpan air yang terkontaminasi dalam tangki selama lebih dari satu dekade, tetapi kini ruangnya hampir habis.
Baca juga: Jepang Buang Air Limbah Radioaktif Fukushima Mulai 24 Agustus
60 Zat Radioaktif
Operator pabrik Tepco telah menyaring air untuk menghilangkan lebih dari 60 zat radioaktif.
Tetapi air tersebut tidak sepenuhnya bebas radiasi.
Air olahan radiasi dari PLTN Fukushima ini masih mengandung tritium dan karbon-14- isotop radioaktif hidrogen dan karbon yang tidak dapat dengan mudah dihilangkan dari air.
Para ahli mengatakan bahan-bahan tersebut tidak berbahaya kecuali jika dikonsumsi dalam jumlah besar, karena bahan-bahan tersebut memancarkan tingkat radiasi yang sangat rendah.
“Selama pembuangan limbah dilakukan sesuai rencana, dosis radiasi yang diterima manusia akan semakin kecil – seribu kali lebih kecil dibandingkan dosis yang kita dapatkan dari radiasi alam setiap tahunnya,” kata Prof Jim Smith, pengajar ilmu lingkungan di Universitas Portsmouth.
Baca juga: Air Olahan PLTN Fukushima Dibuang ke Laut Besok, PM Jepang Bertanggungjawab Sepenuhnya
Mata Pencaharian Terpengaruh
Namun banyak masyarakat, termasuk nelayan di wilayah tersebut, khawatir bahwa pembuangan air dari PLTN Fukushima yang telah diolah akan mempengaruhi mata pencaharian mereka.
Kerumunan pengunjuk rasa di Tokyo pada hari Selasa (22/8/2023) juga menggelar aksi di luar kediaman resmi perdana menteri.
Massa mendesak pemerintah untuk menghentikan pelepasan air dari PLTN Fukushima.
Reaksi Tiongkok
Selain di dalam negeri, rencana pelepasan air olahan radiasi telah menimbulkan kegemparan di negara-negara tetangga, dengan Tiongkok sebagai penentang paling vokal.
Mereka menuduh Jepang memperlakukan laut seperti “saluran pembuangan pribadinya”.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin menegaskan kembali keberatan Beijing pada hari Selasa.
Ia menambahkan bahwa pihaknya akan mengambil “langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga lingkungan laut, keamanan pangan dan kesehatan masyarakat”.