TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Junta Niger, Abdourahamane Tiani, memerintahkan angkatan bersenjata Niger untuk bersiaga maksimal dengan alasan meningkatnya ancaman serangan.
Blok utama Afrika Barat, ECOWAS, telah berusaha bernegosiasi dengan para pemimpin kudeta Niger pada 26 Juli 2023 lalu.
Namun, ECOWAS menyatakan siap mengerahkan pasukan untuk memulihkan ketertiban konstitusional jika upaya diplomatik gagal.
"Perintah untuk berada pada tingkat kesiapan tertinggi akan memungkinkan pasukan untuk merespons secara memadai jika terjadi serangan dan menghindari kejutan umum," bunyi dokumen yang dikeluarkan oleh Kepala Pertahanan Junta Niger pada Sabtu (26/8/2023).
“Ancaman agresi terhadap wilayah nasional semakin terasa,” katanya, seperti diberitakan Al Jazeera.
ECOWAS meremehkan ancaman ini dan mengatakan pihaknya bertekad untuk melakukan upaya apa pun untuk mengakomodasi upaya diplomatik.
Baca juga: Junta Militer Niger Perintahkan Duta Besar Prancis Tinggalkan Negaranya
Namun, mereka tetap memiliki opsi intervensi militer jika gagal mencapai negosiasi damai.
“Untuk menghindari keraguan, izinkan saya menyatakan dengan tegas bahwa ECOWAS tidak menyatakan perang terhadap rakyat Niger, juga tidak ada rencana, seperti yang diklaim, untuk menyerang negara tersebut,” kata Presiden Komisi ECOWAS, Omar Alieu Touray, kepada wartawan.
Keputusan ECOWAS pada awal Agustus 2023 untuk mengaktifkan kekuatan siaga untuk kemungkinan intervensi telah menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang selanjutnya dapat mengganggu stabilitas wilayah Sahel yang dilanda pemberontakan.
Ribuan Masyarakat Mendukung Junta Niger
Baca juga: Turki Ambil Peran di Niger, Erdogan Kecam Niat ECOWAS Serbu Junta Militer yang Mau 3 Tahun Berkuasa
Ribuan orang menggelar unjuk rasa di Stadion Seyni Kountche, Niamey, Niger pada Sabtu (26/8/2023) untuk mendukung para pemimpin militer yang melakukan kudeta.
Orang-orang mendengarkan pidato dari militer dan para pemimpin kudeta.
Stadion berkapasitas 30.000 kursi itu terisi dua pertiganya.
Bendera Niger, Aljazair, dan Rusia menghiasi tribun penonton, sementara pemain akrobat yang dicat dengan warna nasional Niger tampil di tengah lapangan, dikutip dari Reuters.
“Kami berhak memilih mitra yang kami inginkan, Prancis harus menghormati pilihan ini,” kata Ramatou Ibrahim Boubacar, seorang model yang mengenakan bendera Niger dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Selama 60 tahun, kami tidak pernah merdeka, hanya sejak hari kudeta,” ujarnya.
Baca juga: Junta Niger Janji akan Kembalikan Demokrasi setelah 3 Tahun, ECOWAS Menolak
Ramatou Ibrahim Boubacar menambahkan negaranya mendukung penuh Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air (CNSP), yang merebut kekuasaan setelah pemerintahan Presiden Mohamed Bazoum digulingkan pada 26 Juli 2023.
CSNP Junta Niger saat ini menargetkan Prancis.
Mereka mengumumkan pada Jumat (25/8/2023), Duta Besar Prancis, Sylvain Itte, memiliki waktu 48 jam untuk berangkat.
Sylvain Itte mengatakan, ia menolak untuk bertemu dengan penguasa baru dan mengutip tindakan pemerintah Prancis yang bertentangan dengan kepentingan Niger.
Prancis menolak permintaan itu dan mengatakan junta Niger tidak memiliki wewenang untuk mengajukan permintaan itu.
“Duta Besar Prancis, bukannya pergi, malah mengira ini adalah tanah orang tuanya,” kata Idrissa Halidou, seorang petugas kesehatan dan anggota CNSP.
“Kami adalah orang-orang yang berperang, kami siap berperang melawan (ECOWAS),” lanjutnya.
Junta Niger menuduh ECOWAS berada dalam pengaruh Prancis.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Niger