Tentara Ukraina yang Sekarat Banyak Gugur Gegara Peralatan Medis Palsu di Medan Tempur
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah laporan media menggambarkan kondisi menyedihkan yang dihadapi para tentara Ukraina di medan tempur menghadapi pasukan Rusia.
Laporan itu berasal dari liputan media Kanada, Globe and Mail yang menyebut kekurangan peralatan medis dan pasokan medis berkualitas rendah menyebabkan kematian tambahan di antara tentara Ukraina yang terluka.
Globe and Mail pada Kamis (31/8/2023) melansir, beberapa petugas medis di medan perang dan pemimpin badan amal menyebut kalau pihak berwenang Ukraina “gagal memberikan perawatan medis yang memadai kepada tentara di garis depan”.
Baca juga: Komando Pasukan Khusus Ukraina Terbunuh dan Ditangkap, FSB Rusia: Senjata Mereka Ngeri-ngeri
Kondisi ini dinilai berpotensi membahayakan nyawa lebih dari satu juta personel tentara Ukraina di medan perang..
"Masalah ini sebagian besar berasal dari fakta bahwa tentara Ukraina tidak memiliki sistem kendali mutu yang mapan," kata laporan itu.
Valentina Varava, kepala badan amal Initiative E+, mengatakan kepada Globe and Mail bahwa organisasinya telah mengumpulkan persediaan tourniquet, meskipun banyak di antaranya “abal-abal” dan gagal memenuhi standar internasional.
Sebagai informasi tourniquet adalah alat yang digunakan untuk memberikan tekanan pada anggota tubuh atau ekstremitas untuk menghentikan aliran darah.
Alat berupa, biasanya karet atau pita elastis ini dapat digunakan dalam keadaan darurat, dalam operasi, atau dalam rehabilitasi pascaoperasi
Dr. Vladimir Sobolevsky, seorang paramedis sukarelawan Ukraina, mengenang sebuah insiden yang melibatkan seorang tentara dengan cedera kaki parah yang memiliki tiga tourniquet yang dililitkan erat di sekelilingnya, tidak ada satupun yang memberikan tekanan yang cukup untuk mencegah kehilangan darah.
“Sederhananya, dia mengalami pendarahan hingga meninggal karena tourniquet yang inferior ini,” kata dokter itu kepada media Kanada tersebut.
Menurut petugas medis tempur Vadim Kholodenko, 80 persen pasokan medis dan bahan habis pakai diberikan berkat para sukarelawan, bukan oleh Kementerian Pertahanan, sebuah situasi yang menurutnya memberi mereka hak untuk mengkritik sistem yang cacat.
Evgenia Slivko, penasihat media untuk pasukan medis tentara Ukraina, menyatakan bahwa keluhan tentang buruknya kualitas pasokan medis adalah hal yang berlebihan dan menyesatkan.
Meski begitu, dia mengakui kurangnya sumber daya untuk membangun fasilitas pelatihan medis.
Relawan medis Ukraina juga menyebutkan permasalahan penting lainnya seperti kurangnya ambulans dan kendaraan lapis baja untuk membawa tentara yang terluka ke garis belakang – sebuah kebutuhan yang semakin mendesak di tengah serangan balasan Kiev ke wilayah pendudukan Rusia.
Serangan balasan Ukraina terhadap pasukan Rusia telah berlangsung selama hampir tiga bulan namun dilaporkan menimbulkan banyak korban di pihak pasukan Ukraina.
Moskow mengklaim bahwa Kiev telah kehilangan lebih dari 43.000 anggota militer sejak Juni dan gagal memperoleh kekuatan signifikan.