Kenang Sang Nenek Ditembak Mati Tentara Nazi, Vladimir Putin: Rusia Tidak Terkalahkan
TRIBUNNEWS.COM - Rusia selalu dan tetap “benar-benar tak terkalahkan....
Begitu kata-kata yang diucapkan Presiden Rusia, Vladimir Putin kepada sekelompok siswa pada kuliah terbuka yang menandai dimulainya tahun ajaran baru pada Jumat (1/9/2023).
Putin menambahkan, mentalitas masyarakat Rusia membuat negaranya tidak mungkin dikalahkan oleh siapapun.
Presiden Rusia itu mengenang sejarah keluarganya sendiri, menceritakan kepada para siswa tentang nenek moyangnya yang hidup selama Perang Dunia II.
Baca juga: Barat Jor-joran Senjata ke Ukraina, Rusia: Rudal Balistik Antar-Benua Sarmat RS-28 Siap Tempur
Menurut Putin, neneknya ditembak mati oleh seorang tentara Nazi.
Namun, bahkan saat dia sekarat, dia masih memikirkan suaminya dan mengatakan kepada kakek Putin “untuk tidak menangis” agar tidak membuatnya kesal dan sedih di saat-saat terakhirnya.
“Apakah Anda memahami kedalaman hubungan antara orang-orang biasa, cinta ini?” kata sang presiden.
Putin menambahkan, bahkan saat menghadapi kematian, neneknya tetap merawat orang yang dicintainya.
“Bagaimana kita tidak menganggap itu sebagai panutan?” kata Vladimir Putin menambahkan.
Putin juga mengatakan bahwa seluruh anggota keluarganya sangat menghormati satu sama lain dan memiliki “hubungan batin yang kuat.”
Putin juga mengatakan dia yakin sebagian besar keluarga di Rusia seperti ini.
“Dan di sini saya mengerti mengapa kita memenangkan Perang Patriotik Hebat,” kata sang presiden, mengacu pada perjuangan Soviet melawan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
“Siapapun tidak bisa mengalahkan orang-orang dengan mentalitas seperti itu,” katanya.
“Kita benar-benar tak terkalahkan. Dan kita tetap seperti itu sampai sekarang.,” ujar Vladimir Putin
Kata-kata Presiden Vladimir Putin ini dia lontarkan ketika Rusia terjebak dalam konflik bersenjata dengan negara tetangganya Ukraina selama lebih dari satu setengah tahun.
Perkembangan terakhir menunjukkan pasukan Kiev tidak mampu menembus pertahanan Rusia dalam hampir tiga bulan sejak dimulainya serangan balasan Ukraina yang dimulai Juni silam.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, Ukraina kehilangan sekitar 43.000 tentara dan sekitar 5.000 alat berat antara awal Juni dan awal Agustus, meski telah mendapat bantuan militer besar-besaran yang diberikan oleh Washington dan sekutu Baratnya.
(oln/*/RT)