“Perang di Ukraina tidak terkecuali,” tambahnya.
Perekonomian Rusia telah lama bergantung pada tenaga kerja migran yang melakukan berbagai pekerjaan penting yang bergaji rendah.
Termasuk pekerja konstruksi, penjual buah, pedagang kaki lima, dan pembersih jalan.
Pekerja migran di Rusia sebagian besar berasal dari Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan dan Armenia, sudah melaporkan harus mengambil pekerjaan tambahan.
Mereka bekerja 15 jam sehari untuk menyesuaikan dengan perubahan nilai tukar antara rubel dan mata uang asal mereka.
Namun kemungkinan dikirim ke medan perang di Ukraina merupakan ancaman yang lebih mendesak dibandingkan dengan perekonomian yang lesu.
Migran Dikirim ke Medan Perang
Baca juga: Perang Melawan Rusia Berlarut-larut, Ibu Negara Ukraina Takut Dunia Tak Lagi Beri Perhatian
Migran laki-laki yang menerima kewarganegaraan Rusia, seringkali dengan harapan meningkatkan prospek ekonomi mereka, diwajibkan oleh hukum untuk mendaftar ke militer Rusia.
Mereka dapat dipanggil untuk bertugas di militer selama mobilisasi.
Namun, mereka bukan satu-satunya yang menjadi sasaran dalam penggerebekan baru-baru ini.
“Bukan hanya warga negara Rusia yang ditambahkan ke daftar militer; mereka berusaha memaksa semua orang yang dibawa (ke departemen kepolisian setelah penggerebekan) untuk menandatangani kontrak militer,” kata Valentina Chupik, seorang pengacara hak asasi manusia dan pendiri Tong Zhakhoni, LSM yang menawarkan bantuan hukum kepada migran di Rusia.
Setidaknya 93 warga negara Asia Tengah, termasuk 19 dari Kyrgyzstan, 34 dari Uzbekistan dan 40 dari Tajikistan, tewas saat berperang untuk Rusia di Ukraina, menurut layanan BBC Rusia.
Namun, karena Rusia dengan hati-hati menyembunyikan jumlah dan demografi pasukannya yang bertempur dan terbunuh di Ukraina, jumlah sebenarnya bisa jadi jauh lebih tinggi.
Beberapa dari mereka bertempur di Angkatan Bersenjata Rusia, baik bergabung secara sukarela atau melalui tipu daya.