Sosok Orang Dalam Joe Biden yang Dianggap Moskow Jadi Kompor Perang Terbuka Rusia-AS
TRIBUNNEWS.COM - Media yang dikelola pemerintah Rusia, Sputnik, menyoroti sepak terjang dan komentar-komentar orang dalam lingkaran Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden terkait perang Rusia vs Ukraina.
Sosok yang mendapat sorotan itu adalah Victoria Nuland, Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik.
Dalam sebuah ulasannya, Sputnik menyebut Nuland menyatakan komentar yang mengindikasi AS memang mendukung Ukraina menargetkan aset paling berharga Rusia, apapun itu di luar wilayah kedaulatan Ukraina.
Sebelumnya, ulas media tersebut, Nuland juga menyebut wilayah Krimea yang berada di bawah kontrol Rusia, merupakan target sah serangan Ukraina.
Baca juga: AS Berpotensi Kirim Rudal ATACMS ke Ukraina, Rusia Bisa Kena Hantam dari Jarak Ratusan Kilometer
"Kementerian Luar Negeri Rusia menekankan bahwa pernyataan ini menegaskan keterlibatan mendalam Washington (AS) dalam konflik Ukraina," tulis Sputnik.
Secara terang-terangan, Victoria Nuland disebut sebagai tokoh Russofobia, punya ketakutan luar biasa benar pada Rusia.
"Penjabat Wakil Menteri Luar Negeri AS dan tokoh Russofobia, Victoria Nuland tampaknya keceplosan memberikan pernyataan bahwa pemerintahan Biden mendukung serangan Ukraina yang menargetkan wilayah Rusia," tulis Sputnik.
Sebagai gambaran latar belakang, konflik Rusia vs Ukraina, dalam kaca mata Moskow, wilayah-wilayah yang diduduki pasukannya saat ini adalah bukan wilayah teritori kedaulatan Ukraina, melainkan wilayah yang secara sah ingin bergabung ke dalam federasi Rusia.
Sebaliknya, Ukraina menilai hal itu sebagai bentuk invasi karena mengklaim wilayah-wilayah yang diduduki pasukan Rusia adalah kedaulatannya.
Meski konflik bersenjata berlangsung sengit, sejauh ini militer kedua negara tidak- atau belum- menargetkan aset dan fasilitas yang berada di teritori masing-masing.
Sebagai contoh, Ukraina tak pernah mengakui kalau gelombang serangan drone yang terjadi di Moskow, ibu kota Rusia, dilakukan oleh mereka.
Nah, bagi media Rusia, keceplosan Nuland yang 'mensahkan' kalau Ukraina menyerang langsung aset dan fasilitas yang berada di teritori Rusia, sebagai bentuk keterlibatan langsung AS dan Inggris di perang yang berlangsung.
"Dalam klip video yang beredar di media sosial, Nuland, yang baru-baru ini mengunjungi ibu kota Ukraina, terdengar mengatakan bahwa salah satu “poros” strategi Washington dalam perang proksi dengan Moskow di Ukraina adalah “membahayakan beberapa aset paling berharga Rusia," tulis media itu.
Komentar Nuland ini, terjadi di tengah laporan kalau Washington potensial mengirimkan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat jarak jauh (ATACMS) ke rezim Kiev.
"Namun, pada awal September, seorang pejabat Pentagon mengatakan kepada Sputnik bahwa belum ada keputusan yang diambil untuk memasok ATACMS ke Ukraina," tulis Sputnik.
Baca juga: AS Berpotensi Kirim Rudal ATACMS ke Ukraina, Rusia Bisa Kena Hantam dari Jarak Ratusan Kilometer
"Menurut media AS, Departemen Pertahanan AS (justru) telah memperingatkan bahwa persediaan ATACMS miliknya relatif kecil, dan rudal-rudal tersebut sudah dikerahkan ke wilayah lain, seperti Semenanjung Korea, dan oleh karena itu pemberian rudal tersebut ke Ukraina akan membahayakan kesiapan tempur AS di wilayah lain," kata ulasan tersebut.
Sputnik juga menampilakan tanggapan netizen atas komentar Victoria Nuland tersebut.
"Nuland tampaknya berniat melancarkan "perang nuklir" - sesuatu yang telah berulang kali dituduhkan ke Presiden AS Joe Biden dan pejabat senior Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri," tulis Sputnik mengutip koemntar seorang netizen.
"Netizen berkomentar bahwa Washington "tidak pernah menunjukkan kesediaan untuk melakukan pembicaraan yang berarti dengan Moskow," dan memperingatkan bahwa kata-kata Nuland menunjukkan bahwa ini "bukan lagi tentang Ukraina, tetapi tentang "perang panas yang tidak diumumkan dengan Rusia," tulis Sputnik.
Kenang Nuland Bagi-bagi Kue Gratis
Media Rusia juga mengenang peran Nuland dalam prosesi peralihan kepemimpinan di Ukraina pada 2014 silam.
Moskow yang menilai peralihan kekuasaan di Ukraina pada tahun itu adalah sebuah bentuk kudeta terhadap pemerintahan sah yang dipilih secara demokratis, menyatakan ketidaksetujuannya pada pemerintahan baru yang dianggap 'rezim pro-Barat'.
"Asisten Menteri Luar Negeri saat itu, Victoria Nuland, dikenang karena berjalan-jalan di Kiev bersama Geoffrey Pyatt, duta besar AS saat itu, membagikan kue gratis," tulis Sputnik.
"Kemudian, pada bulan Februari 2014, menjelang kudeta Euromaidan, dalam percakapan telepon dia menyinggung, sesuai rekaman yang bocor, “Yats adalah orangnya!” mengacu pada Arseniy Yatsenyuk, seorang politisi yang memperoleh kurang dari tujuh persen suara pada pemilihan presiden Ukraina 2010, namun akan terpilih sebagai perdana menteri pertama pemerintahan pasca-kudeta," kata ulasan tersebut.
Rusia Ancam Serang Langsung Pusat Pemerintahan Ukraina di Kiev
Sputnik juga menilai Nuland sebagai salah satu pendukung Kiev yang paling gigih melakukan serangan besar-besaran terhadap instalasi militer Rusia di Krimea.
"Dia menganggapnya sebagai target yang sah, sesuai pernyataannya pada 16 Februari 2023," kata media tersebut.
"Krimea menjadi wilayah Rusia setelah referendum diadakan di sana pada Maret 2014 menyusul kudeta di Ukraina. Kepemimpinan Rusia telah berulang kali menyatakan bahwa penduduk Krimea secara demokratis, sepenuhnya mematuhi hukum internasional dan Piagam PBB, memilih untuk bersatu kembali dengan Rusia," papar ulasan Sputnik.
Lebih jauh lagi, tulis ulasan itu, Amerika Serikat menganggap penting untuk membekali Kiev dengan (peralatan) militer masa depan (canggih), merujuk pada ujaran Nuland di diskusi Carnegie Endowment for International Peace.
"Sebagai tanggapan, Igor Girenko, sekretaris pers kedutaan Rusia di AS, mengatakan komentar Nuland bahwa AS mendukung Ukraina yang menargetkan instalasi militer Rusia di Krimea menunjukkan keterlibatan langsung Washington dalam konflik Ukraina."
"Setelah Washington dan London sepakat untuk memasok rudal jarak jauh kepada rezim Zelensky, mereka mengklaim bahwa Kiev telah berjanji untuk tidak menyerang tanah Rusia dengan rudal tersebut," tulis Sputnik.
Namun, ketika serangan balasan Kiev melemah, risiko serangan “keputusasaan” di luar Donbass semakin meningkat, kata para pakar kepada Sputnik.
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu memperingatkan pada Juni bahwa Ukraina mungkin akan mencoba menggunakan roket berbasis darat HIMARS jarak jauh yang dipasok Barat untuk menyerang fasilitas Rusia di Krimea.
Shoigu menggarisbawahi bahwa penggunaan senjata semacam itu di luar zona 'operasi militer khusus' (bahasa Rusia untuk kata Invasi) akan segera memicu serangan Rusia ke “pusat pengambilan keputusan di Ukraina”.
"Dan itu berarti keterlibatan penuh Amerika Serikat dan Inggris dalam konflik tersebut,”.
(oln/Sptnk/*)