Bicara Lantang di Turki yang Dukung Oposisi Anti-Assad, Menlu Iran: Teheran Dukung Penuh Suriah
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Iran, Sayid Abbas Araghchi menegaskan kalau negaranya akan secara penuh mendukung rezim pemerintahan Suriah pimpinan Bashar al-Assad.
Araghchi menegaskan dukungan Iran itu saat berada di Turki, negara pendukung utama kelompok oposisi Suriah anti-rezim Assad.
Araghchi mengatakan keyakinannya kalau pemerintah dan pasukan Suriah akan mampu menghadapi kelompok-kelompok oposisi bersenjata yang dilabeli sebagai 'teroris'.
Baca juga: Oposisi Anti-Rezim Assad Kuasai Sebagian Besar Aleppo, Bergerak Maju Saat Rusia-Iran Lagi Keteteran
Araghchi juga menambahkan upaya pemerintah Suriah itu tentu saja akan dibantu kelompok-kelompok perlawanan proksi Iran.
"Dan Iran akan melakukan dukungan apa pun yang diperlukan oleh Suriah," katanya dilansir PT.
Ia menambahkan, "Di Ankara, saya akan bertemu dengan Menlu Turki Hakan Fidan. Bagaimanapun juga kami memiliki kekhawatiran yang sama yang harus dibicarakan bersama," kata Araghchi, Senin (2/12/2024) dinihari di Ankara, Turki
Terkait lawatannya ke Suriah, Menlu Iran menyebutnya sangat baik, dan ia melakukan pembicaraan yang sangat konstruktif tentang perkembangan Suriah, dengan Presiden Bashar Assad.
"Situasinya memang sulit, tapi yang jelas adalah semangat pemerintah Suriah, serta masalah perlawanan atas konspirasi terbaru yang dilakukan para teroris Takfiri," ujarnya.
Pada saat yang sama, Menlu Iran, mengumumkan dengan tegas dukungan total Republik Islam Iran, atas Presiden Bashar Assad, Angkatan Bersenjata, dan rakyat Suriah.
Araghchi menerangkan, "Masa-masa yang lebih sulit dari sekarang pernah terjadi sebelumnya. Saat itu ISIS dan kelompok lainnya, menjerumuskan Suriah ke dalam perang saudara, tapi mereka berhasil dihadapi. Sekarang para teroris merasa mendapat kesempatan baru, dan mengira akibat serangan Rezim Zionis ke Lebanon dan Palestina, kondisi kawasan memberi peluang bagi mereka untuk kembali beraksi."
"Tentu saja ini adalah sebuah kesalahan kalkulasi. Pemerintah dan pasukan Suriah, mampu menghadapi kelompok-kelompok teroris ini," tegasnya.
Selain melakukan kunjungan regional ke beberapa negara kawasan, Menlu Iran, dalam beberapa hari terakhir juga melakukan percakapan telepon dengan Menlu Suriah dan Rusia.
Respons Turki
Turki sebelumnya mengatakan kalau upaya diplomatiknya gagal menghentikan serangan pemerintah Suriah terhadap wilayah Idlib.
Dalam reaksi regional terhadap pertempuran di Suriah utara, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki Oncu Kaglitoli mengatakan kalau Turki khawatir tidak akan ada lagi ketidakstabilan di Sriah.
Turki juga menyatakan kekhawatirannya akan keselamatan warga sipil Suriah.
Sebagai catatan, penyebab perang Suriah berawal dari keinginan warganya untuk membentuk negara yang lebih demokratis.
Warga Suriah menginginkan perubahan sistem pemerintahan, terutama pada kekuasaan rezim Assad yang telah menjabat sejak 1962
Pejabat Turki itu menambahkan kalau serangan rezim Suriah baru-baru ini di Idlib telah mencapai tingkat yang merugikan implementasi apa yang disepakati dalam Perjanjian Astana.
Kaglitoli juga mengatakan, negaranya memantau secara cermat serangan yang menargetkan warga sipil dan Turki oleh organisasi yang mereka cap sebagai 'teroris' di Tal Rifaat dan Manbij, yang mencoba memanfaatkan kondisi yang tidak stabil saat ini.