Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA – Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji akan membantu Korea Utara membangun satelit luar angkasa.
Pernyataan Putin tersebut disampaikan saat dirinya melakukan pertemuan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Vladivostok, Rusia pada Rabu (13/9/2023).
"Itulah sebabnya kami datang ke sini. Pemimpin Korea Utara menunjukkan minat besar pada teknik roket, mereka juga mencoba mengembangkan luar angkasa,” kata Putin ketika menjawab pertanyaan dari wartawan.
Baca juga: Kim Jong Un Akhirnya Bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin, Ini yang akan Dibahas
Putin lalu mengajak Kim berkeliling tempat peluncuran roket luar angkasa paling modern di Rusia, Kosmodrom Vostochny, yang terletak di antara hutan di Rusia timur tidak jauh dari perbatasan dengan China.
“Ini adalah kosmodrom baru kami, tempat roket peluncuran luar angkasa baru Angara dirakit,” kata Putin kepada Kim.
Putin juga mengucapkan selamat kepada Kim atas serangkaian peringatan Korea Utara, termasuk 75 tahun sejak berdirinya negara tersebut pada tahun 1948.
Melalui seorang penerjemah, Kim mengucapkan terima kasih kepada Putin atas undangannya dan kehangatan sambutannya.
Ketika ditanya apakah Kim dan Putin akan membahas pasokan senjata, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov tidak memberikan detailnya secara pasti.
“Sebagai tetangga, negara kita menerapkan kerja sama di bidang sensitif yang tidak boleh diungkapkan dan diumumkan kepada publik. Namun hal ini wajar bagi negara tetangga,” ujar Peskov.
AS Desak Korut Tidak Jual Senjata ke Rusia
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) telah meminta Korea Utara untuk tidak menjual senjata apapun ke Rusia, yang berpotensi digunakan Moskow untuk perang di Ukraina.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pihaknya merasa prihatin dengan potensi kesepakatan senjata antara Rusia dan Korea Utara.
“Kami mendesak Korea Utara untuk menghentikan perundingan senjata dengan Rusia dan mematuhi komitmen publik yang telah dibuat Pyongyang untuk tidak menyediakan atau menjual senjata ke Moskow,” kata Kirby.
Tahun lalu, AS juga menuduh Korea Utara karena secara diam-diam mengirimkan peluru artileri ke Rusia.
“Kami tetap khawatir jika Korea Utara terus mempertimbangkan untuk memberikan dukungan kepada pasukan militer Rusia di Ukraina,” ujar Kirby.
Meski begitu, baik Rusia maupun Korea Utara telah membantah tuduhan AS terkait kesepakatan senjata.