TRIBUNNEWS.COM - Simak fakta-fakta terkait Virus Nipah yang mewabah di Kerala, India.
Menyusul kasus Virus Nipah di negara bagian Kerala, India selatan, pemerintah menutup beberapa sekolah, kantor, dan transportasi umum pada Rabu (13/9/2023).
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Virus Nipah (NiV) pertama kali ditemukan pada 1999.
Berikut ini fakta-fakta lain terkait Virus Nipah yang mewabah di Kerala, India:
1. Korban Tewas Terpapar Virus Nipah
Virus Nipah mewabah di negara bagian Kerala, India.
Dua orang dilaporkan meninggalkan pada 30 Agustus 2023 karena terpapar Virus Nipah, dikutip dari Al Jazeera.
India berupaya untuk menghentikan penyebaran Virus Nipah yang langka dan mematikan.
Akibat kasus ini, pemerintah Kerala menutup beberapa sekolah, kantor, dan transportasi umum pada Rabu (13/9/2023).
Baca juga: Apa Itu Virus Nipah? Berikut Gejala dan Cara Cegah Penularannya
2. Ratusan Orang Jalani Tes
Sebanyak 706 orang, termasuk 153 petugas kesehatan menjalani tes untuk melacak penyebaran Virus Nipah.
Dilansir Reuters, Virus Nipah menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh kelelawar, babi, atau manusia yang terinfeksi.
Aturan isolasi yang ketat telah diterapkan.
Staf medis dikarantina setelah melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi.
3. Pertemuan Publik Dilarang
Kementerian Kesehatan negara bagian Kerala pada hari Rabu (13/9/2023), memberlakukan aturan isolasi yang ketat.
Pihak berwenang juga mendeklarasikan zona pembatasan mobilitas di setidaknya delapan Desa Kozhikode, Kerala, India.
"Lebih banyak orang bisa dites. Fasilitas isolasi akan disediakan," ujar Pinarayi Vijayan, pejabat Kerala.
Ia meminta masyarakat menghindari pertemuan publik di distrik Kozhikode selama 10 hari.
Baca juga: Virus Nipah Mewabah di India, Ahli Uji Sampel dari Kelelawar dan Manusia
4. Para Ahli Kumpulkan Sampel Kelelawar
Wabah Virus Nipah pertama yang ditemukan di Kerala tercatat pada tahun 2018.
Para ahli di Kerala mengumpulkan sampel yang berkaitan dengan kelelawar dari lokasi pertama kali Virus tersebut muncul.
Kelelawar buah dari desa Maruthonkara dinyatakan positif mengidap Virus Nipah selama wabah pada 2018.
Lebih lanjut. sampel urin kelelawar, kotoran hewan, dan buah-buahan yang setengah dimakan dikumpulkan dari Maruthonkara, desa tempat korban pertama tinggal.
Desa itu terletak di samping hutan seluas 300 hektar, yang merupakan rumah bagi beberapa spesies kelelawar.
Baca juga: Mengenal Virus Nipah yang Tewaskan 2 Warga India, Ini Penjelasannya
5. Penularan Lebih Rendah
Virus ini memiliki riwayat penularan yang lebih rendah.
"Pergerakan masyarakat telah dibatasi di beberapa bagian negara bagian untuk mengatasi krisis medis," kata Menteri Kesehatan Kerala, Veena George.
Ia menambahkan bahwa ahli epidemiologi di negara bagian tersebut menggunakan antiVirus dan antibodi monoklonal untuk mengobati orang yang terinfeksi.
6. Virus Nipah di Kerala Serupa dengan di Bangladesh
Menteri Kesehatan mengatakan virus yang terdeteksi di Kerala sama dengan yang ditemukan sebelumnya di Bangladesh, yaitu jenis virus yang menyebar dari manusia ke manusia dengan tingkat kematian yang tinggi.
"Kami fokus pada pelacakan kontak orang yang terinfeksi sejak dini dan mengisolasi siapapun yang memiliki gejala," kata
7. Pertama Diidentifikasi pada 1999
Virus Nipah pertama kali diidentifikasi pada 1999, ketika terjadi wabah penyakit di kalangan peternak babi dan orang lain yang melakukan kontak dekat dengan hewan tersebut di Malaysia dan Singapura.
Wabah ini terjadi secara sporadis dan infeksi sebelumnya terjadi di Asia Selatan terjadi ketika orang meminum getah kurma yang terkontaminasi kotoran kelelawar.
Desa asal korban pertama, Maruthonkara, terletak di dekat hutan seluas 300 hektar yang merupakan rumah bagi beberapa spesies kelelawar.
Baca juga: 2 Warga India Tewas Akibat Virus Nipah, Warga Dilarang Kumpul Selama 10 Hari
8. Apa itu Virus Nipah?
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Virus Nipah (NiV) pertama kali ditemukan pada 1999.
Wabah penyakit ini menyerang kalangan peternak babi dan orang lain yang melakukan kontak dekat dengan hewan tersebut di Malaysia dan Singapura.
Ketika itu, tercatat hampir 300 kasus yang menyerang manusia dan menyebabkan lebih dari 100 kematian.
Wabah ini menimbulkan dampak ekonomi yang besar karena lebih dari 1 juta babi dimusnahkan untuk membantu mengendalikan penyebaran penyakit ini.
Baca juga: Apa Itu Virus Nipah? Berikut Gejala dan Cara Cegah Penularannya
Sejak tahun 1999, tidak ada wabah NiV lainnya yang dilaporkan menjangkiti Malaysia dan Singapura.
Namun, kasus-kasus Virus Nipah telah tercatat hampir setiap tahun di beberapa wilayah Asia sejak saat itu, terutama di Bangladesh dan India.
NiV adalah Virus zoonosis, artinya awalnya menyebar antara hewan dan manusia, jelas CDC dalam pernyataan yang diterbitkan pada tahun 2020.
Hewan inang NiV adalah kelelawar buah (genus Pteropus), yang juga dikenal sebagai rubah terbang.
Virus ini dapat ditularkan melalui kelelawar buah, babi, dan melalui kontak manusia ke manusia (seperti air liur atau urin).
Kontaminasi awal dari hewan ke manusia dikenal sebagai peristiwa limpahan (spillover event). Begitu seseorang terinfeksi, penyebaran NiV dari manusia ke manusia dapat terjadi.
Infeksi pada manusia berkisar dari infeksi tanpa gejala hingga infeksi saluran pernapasan akut (ringan, berat), dan ensefalitis (pembengkakan otak), yang dapat menyebabkan koma dalam waktu 24-48 jam.
Ensefalitis memiliki angka kematian 40-75 persen, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mereka yang selamat dari ensefalitis akut dapat pulih sepenuhnya, tetapi kondisi neurologis jangka panjang telah dilaporkan terjadi pada mereka yang selamat.
Seperti gangguan kejang dan perubahan kepribadian. Sebagian kecil orang yang selamat kemudian kambuh atau mengalami ensefalitis yang tertunda, terang WHO.
Baca juga: Virus Nipah Mewabah di India, Ahli Uji Sampel dari Kelelawar dan Manusia
9. Wabah Virus Nipah Pertama di India
Selama wabah Nipah tahun 2018, kelelawar buah dari daerah yang sama dinyatakan positif mengidap virus tersebut.
Dalam wabah Nipah pertama di Kerala, 21 dari 23 orang yang terinfeksi meninggal.
Wabah pada 2019 dan 2021 menewaskan dua orang.
10. Cara Mencegah
Saat ini, tidak ada vaksin yang tersedia untuk melawan Virus Nipah.
Berdasarkan pengalaman yang diperoleh dan informasi yang dikumpulkan selama epidemi sebelumnya, pembersihan dan disinfeksi peternakan babi secara rutin dan menyeluruh dengan deterjen yang tepat mungkin efektif dalam mencegah infeksi.
Dalam kasus hewan, jika diduga terjadi wabah, tempat tersebut harus segera dikarantina.
WHO juga menyarankan pemusnahan hewan yang terinfeksi, dengan pengawasan ketat terhadap penguburan atau pembakaran bangkai. Itu diperlukan untuk mengurangi risiko penularan ke manusia.
Baca juga: 2 Warga India Tewas Akibat Virus Nipah, Warga Dilarang Kumpul Selama 10 Hari
Dengan tidak adanya vaksin khusus NiV, meningkatkan kesadaran tentang faktor risiko dan mendidik tentang tindakan pencegahan yang tepat adalah satu-satunya cara untuk mengurangi atau mencegah infeksi antarmanusia, selain langkah-langkah keamanan penyakit yang standar.
Risiko penularan internasional melalui buah-buahan atau produk buah-buahan yang terkontaminasi cairan kelelawar buah yang terinfeksi dapat dicegah dengan mencuci buah secara menyeluruh dan mengupasnya sebelum dikonsumsi.
Buah yang ada tanda-tanda gigitan kelelawar sebaiknya dibuang.