TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, akan mengunjungi kantor pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Washington, pada minggu depan.
Zelensky akan menyampaikan usulan bantuan berkelanjutan untuk Ukraina yang berperang melawan Rusia.
Rincian kunjungan Zelensky mulai muncul di media AS pada Kamis (14/9/2023) sore.
Sumber pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya mengonfirmasi rencana tersebut.
Perjalanan itu dalam upaya meyakinkan Kongres AS untuk mengabulkan permintaan anggaran tambahan dari AS sebesar lebih dari $24 miliar sebagai bantuan tambahan ke Ukraina, seperti diberitakan The New York Times.
Kunjungan Zelensky akan bertepatan dengan perdebatan di Kongres AS mengenai pengeluaran federal, yang menghadapi tenggat waktu 30 September 2023 untuk meloloskan anggaran.
Pemerintahan Joe Biden telah meminta Kongres AS untuk mengalokasikan total $24 miliar untuk dukungan Ukraina, termasuk $13,1 miliar untuk bantuan militer tambahan dan $8,5 miliar untuk dukungan kemanusiaan.
Baca juga: Zelensky Merasakan Melemahnya Dukungan Negara Barat untuk Ukraina
Namun beberapa politisi, khususnya di Partai Republik, menolak keras prospek pengiriman lebih banyak uang dan pasokan ke Ukraina.
Kongres AS telah menyetujui bantuan dengan total lebih dari $113 miliar.
Terakhir kali Kongres AS menyetujui pendanaan untuk Ukraina adalah pada Desember 2022, sebelum Partai Republik mengambil alih Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS.
Kini, dengan mayoritas konservatif di majelis rendah, politisi sayap kanan mempunyai pengaruh lebih besar dalam menentukan undang-undang anggaran.
Pada Juli 2023 lalu, 70 anggota DPR dari Partai Republik mendukung proposal untuk menghentikan bantuan keamanan ke Ukraina sama sekali.
Situasi Perang Semakin Sulit
Baca juga: Tinjau Pabrik Militer di Rusia, Kim Jong Un dan Vladimir Putin Bertukar Hadiah Senjata
Pada Jumat (15/9/2023), Zelensky mengatakan situasi di medan perang semakin yang sulit dan melambatnya pasokan senjata untuk Ukraina.
"Perang sedang melambat. Ini benar, kami menyadari hal ini. Semua proses menjadi lebih sulit dan melambat: mulai dari sanksi hingga pengiriman senjata," kata Zelensky, seperti dikutip dari France24.