Puluhan ribu penduduk meninggalkan Nagorno-Karabakh dan mayoritas pergi ke Armenia karena khawatir jika terjadi pembersihan etnis di sana.
Armenia mengatakan lebih dari 68.000 dari 120.000 penduduk di kawasan itu telah meninggalkan negaranya pada Kamis tengah hari.
Sementara itu, pemerintah Armenia menyambut para pengungsi dari Nagorno-Karabakh, seperti diberitakan DW.
Mereka menyiapkan tenda-tenda dan akomodasi sementara untuk menampung para pengungsi.
Pemerintah Armenia kini berjuang keras untuk mendaftarkan puluhan ribu pengungsi dan mencari cara untuk mengintegrasi mereka ke Armenia.
Sementara itu, para pengungsi menghadapi tantangan untuk memulai kehidupan baru di tempat yang sangat berbeda dengan tempat tinggal mereka dulu di Nagorno-Karabakh.
Konflik Armenia Vs Azerbaijan di Nagorno-Karabakh
Baca juga: 53 Ribu Penduduk Nagarno-Karabakh Kabur ke Armenia, Takut Penganiayaan dan Konflik Etnis
Nagorno-Karabakh adalah wilayah Azerbaijan, yang mayoritas penduduknya adalah etnis Armenia.
Konflik perebutan wilayah ini berlangsung sebelum Azerbaijan dan Armenia menjadi bagian Uni Soviet pada tahun 1920an.
Meski sempat diredam selama pemerintahan Uni Soviet, konflik kembali memanas setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991.
Armenia dan Azerbaijan kembali memanas, kemudian Nagorno-Karabakh memerdekakan diri pada tahun 1994 melalui "Proposal Bishkek" yang ditengahi Rusia.
Meski telah merdeka, Nagorno-Karabakh memiliki hubungan yang lebih dekat dan cenderung bergantung pada Armenia.
Proposal Bishkek tetap berlaku hingga tahun 2020 ketika terjadi perang selama 44 hari antara Armenia dan Azerbaijan, dikutip dari The New York Times.
Rusia kembali menengahi konflik kedua negara itu melalui pasukan penjaga perdamaian di Nagorno-Karabakh pada tahun 2020.