Sebanyak 170 orang Palestina—sebagian besar warga sipil—dan enam orang Israel tewas dalam delapan hari serangan.
Dalam konteks militer, kekuatan Hamas dilemahkan akibat dua operasi tersebut. Namun, organisasi itu bertahan berkat dukungan rakyat Palestina.
Serangan roket dari Gaza kembali meningkat pada pertengahan Juni 2014, ketika Israel menahan banyak anggota Hamas di sepanjang Tepi Barat selagi mencari tiga remaja Israel.
Pada awal Juli, Hamas mengklaim bertanggung jawas atas penembakan sejumlah roket ke Israel untuk kali pertama dalam dua tahun.
Hari berikutnya militer Israel menggelar operasi 'Perlindungan Batas' guna menghancurkan roket-roket dan berbagai terowongan lintas perbatasan yang dipakai warga Palestina.
Sediktinya 2.251 orang Palestina, termasuk 1.462 warga sipil, tewas dalam serangan 50 hari itu.
Di pihak Israel, sebanyak 67 serdadu dan enam warga sipil tewas.
Sejak 2014, ada sejumlah letupan kekerasan yang berakhir dengan gencatan senjata.
Mesir, Qatar, dan PBB tampil sebagai penengah sehingga aksi kekerasan tersebut tidak bereskalasi menjadi perang berskala penuh.
Walau dilanda blokade, Hamas tetap berkuasa di Gaza dan terus menambah persenjataan roketnya.
Beberapa upaya untuk mengadakan rekonsiliasi dengan Fatah juga gagal.
Sementara itu, situasi kemanusiaan dua juta warga Palestina di Gaza semakin buruk.