TRIBUNNEWS.COM - Serangan Hamas ke wilayah Palestina yang diduduki Israel yang sangat mendadak Sabtu pagi lalu (7/10/2023) benar-benar membuat militer dan intelijen Israel kaget dan marah.
Serangan berani yang terjadi begitu tiba-tiba itu tidak pernah disangka sebelumnya. Hamas juga berhasil menyelundupkan 1.000 pejuang Palestina masuk ke wilayah Israel melalui tembok perbatasan di Jalur Gaza yang mereka jebol menggunakan bulldozer, serta lewat paralayang dan jalur laut.
Serangan Hamas dengan sandi Operasi Banjir Al-Aqsa itu kemudian memicu serangan jet tempur Israel ke Jalur Gaza dan menyebabkan 436 warga Palestina meninggal dan ribuan lainnya terluka hingga hari ketiga pertempuran kedua pihak, Senin 9 Oktober 2023.
Jet-jet tempur Israel membombardir gedung-gedung tinggi di Jalur Gaza termasuk markas Hamas serta pemukiman Palestina. Pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sudah mendeklarasikan perang terhadap Hamas.
Siapa itu Hamas?
Hamas adalah singkatan dari Gerakan Perlawanan Islam dan dalam bahasa Arab berarti “semangat”. Kelompok yang dimotori para pejuang Palestina ini secara politis menguasai Jalur Gaza, wilayah seluas sekitar 365 km persegi (141 mil persegi) yang menjadi tempat bermukim lebih dari dua juta orang tetapi selama puluhan tahun terus diblokade Israel.
Hamas mengendalikan Jalur Gaza sejak 2007 setelah perang singkat melawan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas, kepala Otoritas Palestina dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Kapan Hamas dibentuk dan apa tujuannya?
Gerakan Hamas didirikan di Gaza pada tahun 1987 oleh seorang imam Sheikh Ahmed Yasin dan ajudannya Abdul Aziz al-Rantissi tak lama setelah dimulainya Intifada pertama, yang menjadi perang masif melawan pendudukan Israel di tanah Palestina.
Gerakan ini dimulai sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin di Mesir dan membentuk sayap militer, Brigade Izz al-Din al-Qassam, untuk melakukan perjuangan bersenjata melawan Israel dengan tujuan membebaskan Palestina yang bersejarah.
Baca juga: Hari Ketiga Perang Hamas-Israel: Korban Tewas di Jalur Gaza 436 Orang, Zionis Siapkan Serangan Darat
Mereka juga menawarkan program kesejahteraan sosial kepada warga Palestina yang menjadi korban pendudukan Israel.
Hamas menerima negara Palestina dengan perbatasan tahun 1967
Berbeda dengan PLO, Hamas tidak mengakui kenegaraan Israel namun menerima negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967.
“Kami tidak akan melepaskan satu inci pun tanah air Palestina, apa pun tekanan yang terjadi saat ini dan berapa pun lamanya pendudukan,” kata Khaled Meshaal, pemimpin kelompok Palestina di pengasingan pada tahun 2017.