Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KAIRO – Mesir telah berdiskusi dengan Amerika Serikat (AS) dan negara lain untuk memberikan bantuan kemanusiaan bagi korban perang di Timur Tengah melalui perbatasannya dengan Jalur Gaza.
Menurut sebuah sumber, pembicaraan antara Mesir dan AS serta beberapa negara lain terkait pengiriman bantuan kemanusiaan melalui penyeberangan Rafah antara Gaza dan Semenanjung Sinai Mesir di bawah gencatan senjata yang terbatas secara geografis.
Namun, Mesir menolak setiap langkah untuk membangun koridor aman bagi pengungsi yang melarikan diri dari wilayah tersebut.
Baca juga: Pemandangan Puluhan Mayat Ditemukan di Kfar Aza Israel Sebelah Gaza
Mesir sendiri juga telah lama membatasi mobilitas warga Gaza ke wilayahnya, bahkan selama konflik paling sengit sekalipun.
Sementara itu, Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan pihaknya telah mengadakan konsultasi dengan Israel dan Mesir mengenai gagasan jalur aman bagi warga sipil dari Gaza.
“Kami telah mengadakan diskusi dengan Mesir dan Israel untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi di Timur Tengah,” ujarnya.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan pasokan penting untuk menyelamatkan nyawa, termasuk bahan bakar, makanan dan air, harus diizinkan masuk ke Gaza.
“Para pengungsi di Timur Tengah membutuhkan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan,” kata Guterres sembari berterima kasih kepada Mesir atas keterlibatan konstruktifnya dalam memfasilitasi akses kemanusiaan melalui penyeberangan Rafah dan membuat bandara El Arish tersedia untuk bantuan penting.
Baca juga: Dampak Perang, Sektor Industri dan Teknologi Israel Lumpuh Total
Secara terpisah, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan upaya penyaluran bantuan sudah mulai dilakukan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.