TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria berdarah Chechnya melakukan serangan di sebuah sekolah di Prancis.
Akibat serangan itu, seorang guru laki-laki tewas dan dua orang siswa terluka parah akibat penikaman.
Guru kedua, dilaporkan sebagai guru olah raga, dan seorang penjaga keamanan sekolah berada di rumah sakit karena luka kritis, menurut petugas keamanan setempat.
Serangan itu terjadi sekitar pukul 11.00. BFMTV melaporkan, orang yang dibunuh adalah seorang guru sastra Prancis.
Kejadian ini terjadi di sebuah sekolah kota Arras, Prancis Utara, lapor The Guardian.
Europe 1 melaporkan tesangka penyerangan telah ditangkap.
Pria Chechnya itu rupanya masuk daftar pemantauan polisi karena dinilai berisiko melakukan aksi Islamisme radikal.
Media lokal memberitakan tersangka adalah mantan murid sekolah Gambetta-Carnot.
Baca juga: Siswi Prancis Mengaku Berbohong Setelah Menuduh Samuel Paty Menunjukkan Karikatur Nabi Muhammad
Diketahui, tersangka yang mengenakan berjaket abu-abu membawa pisau dan menyerang orang-orang di halaman sekolah.
Salah satu korban berusaha menjaga jarak dengan berlindung di balik kursi.
Sumber polisi mengatakan kepada Agence France-Presse bahwa pelaku berasal dari wilayah Chechnya, wilayah Kaukasus selatan yang mayoritas penduduknya Muslim di Rusia.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, bergegas menyambangi lokasi kejadian hari itu juga.
Segera setelah Macron tiba, kantor penuntutan anti-terorisme Prancis memulai penyelidikan.
Ratusan polisi dikerahkan di sekitar sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Unit bersenjata lengkap juga terjun dalam operasi ini.
Mereka lantas membuat barikade di sekeliling sekolah.
Baca juga: Prancis Dihantui Kutu Busuk Jelang Olimpiade Musim Panas 2024, Pemerintah Minta Masyarakat Tenang
Macron melakukan perjalanan ke Arras bersama dengan menteri dalam negeri dan menteri pendidikan.
Ia mengatakan korban telah membantu menyelamatkan banyak nyawa.
Selain itu, Macron memuji aparat kepolisian yang telah menggagalkan percobaan serangan di Prancis.
Presiden Prancis itu tampak berhenti sejenak di hadapan jasad sang guru yang ditutupi kain.
Macron kemudian pergi menemui siswa dari sekolah tersebut di gedung yang berdekatan.
Kematian Samuel Paty
Serangan Arras terjadi hampir tepat tiga tahun setelah kematian Samuel Paty.
Paty adalah seorang guru sejarah dan geografi berusia 47 tahun.
Ia terbunuh dalam serangan yang dilakukan oleh seorang pengungsi Chechnya berusia 18 tahun di luar sekolahnya di Conflan.
Baca juga: Siswi Prancis Mengaku Berbohong Setelah Menuduh Samuel Paty Menunjukkan Karikatur Nabi Muhammad
Tindakan Sekolah
Berdasarkan penuturan para orang tua, siswa di sekolah itu dilarang meninggalkan gedung.
Mereka dikunci lebih dari tiga jam setelah serangan tersebut.
Selang dua jam, setelah situasi terkendali dan aman, siswa dan guru diizinkan pergi.
Prancis telah dilanda serangkaian serangan oleh ekstremis Islam sejak tahun 2015.
Saudara laki-laki tersangka ditangkap pada musim panas 2019 oleh DGSI – badan intelijen kontra-terorisme Prancis.
Ia dicurigai terlibat dalam perencanaan serangan yang digagalkan dan dipenjarakan, kata intelijen Prancis.
Sebenarnya, serangan di sekolah jarang terjadi di Perancis.
Pemerintah meminta pihak berwenang untuk meningkatkan kewaspadaan di semua sekolah di seluruh negeri.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)