TRIBUNNEWS.COM - Serangan dan pengepungan dari Israel membuat warga Palestina merasakan penderitaan.
Rangkaian informasi terkait perang Israel dan Palestina tersebut bisa diakses melalui sejumlah kanal berita.
Namun, ketakutan yang dirasakan penduduk Palestina juga dialami oleh para jurnalis yang ada di Gaza.
Selain melaporkan berita, para jurnalis tersebut juga mengkhawatirkan kelangsungan hidup mereka.
Seperti di mana mendapatkan makanan dan air hingga bagaimana mendapatkan tempat tinggal yang aman.
Sejak serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, wartawan dari luar tidak bisa memasuki Gaza.
Baca juga: Israel Juga Bombardir Gereja Ortodoks di Gaza, 18 Warga Kristen Tewas
Bahkan, satu-satunya pintu masuk bagi jurnalis yang berada di penyerbangan Erez Israel terkena serangan dan ditutup.
Sejumlah jurnalis juga harus meninggalkan kantor di Gaza dan menuju ke selatan karena Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengevakuasi bagian utara Gaza.
Jurnalis CNN yang bernama Ibrahim Dahman menceritakan, bagaimana ia mencari keselamatan untuk istri dan dua putranya yang berusia 7 dan 11 tahun.
"Saya merasakan ketakutan yang luar biasa. Saya khawatir tentang diri saya sendiri, istri saya dan anak-anak saya." kata Dahman, dikutip dari Associated Press (AP) News.
Sementara itu, Editor Eksekutif dan Wakil Presiden Senior The Associated Press, Julie Pace mengakui, bekerja di Gaza sulit.
"Bekerja di Gaza saat ini sangatlah sulit dan hal ini sebagian besar disebabkan oleh staf kami yang meliput berita tersebut sekaligus mengkhawatirkan keselamatan mereka sendiri dan keluarga mereka," kata Julie.
Sembilan jurnalis Agence France-Presse di Gaza merasa terjebak antara ingin bekerja dan juga mengurus keluarga mereka, kata Phil Chetwynd, direktur Global News.
"Manajer menekankan pentingnya keselamatan terlebih dahulu," ujar Phil.
Cerita jurnalis lain yang mengalami hal yang sama adalah jurnalis foto AP, Adel Hana.
Adel melarikan diri ke kota Deir al-Balah di Gaza tengah, di bawah garis evakuasi, untuk berlindung di rumah sepupunya dekat rumah sakit setempat.
Namun serangkaian ledakan mengguncang gedung tersebut, menewaskan sedikitnya tujuh anggota keluarga dan mengubur perempuan dan anak-anak di reruntuhan.
"Itu tidak masuk akal, kami pergi ke Deir al-Balah karena kami pikir kami akan aman," ujar Adel.
Pasca ledakan rumah sakit al-Ahli pada 17 Oktober 2023, para jurnalis harus menyaring berbagai perdebatan mengenai pihak mana yang harus disalahkan.
"Kebenaran memang penting. Itu satu-satunya yang kita miliki di sini." kata Rachel Maddow tentang laporan MSNBC.
(Tribunnews.com, Widya)