Laporan langsung wartawan Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani
TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL, TURKIYE - Eksplore Istanbul, Turki bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Di sini, wisatawan bisa naik trem, taksi, bus, dan tentunya berjalan kaki.
Di hari kedua perjalanan Tribunnews.com, kami berjalan kaki menyusuri sepanjang jalan Taksim, menuju Istiklal, Shisane hingga Galata.
Langkah kecil kami dimulai dengan keluar dari The Marmara Taksim Hotel menuju arah Taksim Square yang ada di distrik Beyoglu.
Di kawasan ini ada banyak ruko, baik toko oleh-oleh, barang-barang branded seperti Zara, HM, Polo, Skecher, Vans, LC Waikiki, dan lain sebagainya.
Selain itu ada juga toko yang menjajakan aksesoris, toko manisan seperti Turkish Delight, Baklava, kopi hingga teh khas Turki.
Bila Tribunners berkunjung ke Istanbul dan tidak sempat membeli oleh-oleh, menyusuri kawasan ini bisa jadi solusi menarik.
Kebanyakan toko menuliskan harga barang yang mereka jual.
Di sepanjang jalan Istiklal, juga ada beberapa kantor kedutaan besar beberapa negara, seperti Perancis, Rusia, Belanda, dan lain-lain.
Sambil memilah dan memilih oleh-oleh apa yang mau dibeli di sini, Tribunners juga bisa nongkrong di kafe.
Jangan ragu-ragu menikmati setiap momen di Istanbul terutama untuk menghabiskan satu gelas kopi karena ada banyak pilihan tempat di sini.
Keindahan Turki dari Galata Tower
Setelah menyusuri jalan dan berbelanja oleh-oleh, akhirnya kami sampai di salah satu ikon Turki, Galata Tower.
Galata Tower atau Galata Kulesi pada mulanya didirikan di bawah pemerintahan Ottoman.
Di masa itu, Galata Tower digunakan sebagai menara pengawas.
Saat terjadi kebakaran di kota, pihak berwenang naik ke Galata Tower untuk mencari titik lokasinya.
Galata Tower ini berdiameter 16 meter dan tingginya mencapai 63 meter.
Atap menara terbuat dari timah dan kayu.
Sayangnya, bangunan mengalami kerusakan akibat kebakaran, tangga untuk naik ke puncak menara rusak parah pada 1474.
Insiden itu terjadi pada masa pemerintahan Sultan Selim III.
Kebakaran lainnya terjadi di tahun 1931.
Pada tahun 1875, atap berbentuk kerucut di bagian atas bangunan itu hancur karena dikoyak badai.
Selama sisa periode kepemimpinan Ottoman, Galata Tower berdiri kokoh tanpa topi kerucutnya.
Bertahun-tahun kemudian, pada 1965-1967, setelah menjadi Republik Turki, topi kerucut asli dipasang lagi.
Galata Tower mengalami restorasi di akhir tahun 1960-an.
Interior kayu menara digantikan oleh struktur beton.
Galata Tower semakin kokoh dengan 'tubuh' barunya.
Situs ini kemudian dikomersialisasikan dan dibuka untuk umum.
Harga tiket masuk Galata Tower berkisar 650 Lira Turki atau sekitar Rp370 ribu.
Di puncak menara, pemandangan sangat indah.
Dengan teleskop yang disediakan, kami bisa melihat pemandangan Hagia Sophia, selat Bosphorus, dan Turki sisi Asia.
Turki terletak di dua benua, yakni Eropa dan Asia.
Untuk Galata Tower sendiri masih kawasan Eropa.
Sebagai catatan, untuk sampai di Galata Tower dari tempat Tribunnews.com menginap perlu waktu sekira 2-3 jam.
Itu pun karena banyak berhenti dan mampir ke berbagai toko dan nongkrong.
Siapkan energi kalian ya.
(*)