TRIBUNNEWS.COM - Israel memperluas serangannya di Gaza, yang merusak pusat penyedia layanan internet dan telepon di wilayah itu sejak Jumat (27/10/2023).
Organisasi kemanusiaan internasional dan pers internasional telah kehilangan kontak dengan rekan-rekannya di Gaza.
Penyedia telekomunikasi terbesar di Gaza, Paltel, telah mengumumkan putusnya seluruh layanan komunikasi dan Internet karena meningkatnya serangan Israel.
“Pemboman hebat dalam satu jam terakhir menyebabkan hancurnya seluruh rute internasional yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar,” kata Paltel, Jumat (27/10/2023).
Israel menghancurkan infrastruktur terakhir Paltel yang menghubungkannya ke internet global.
Sementara itu, Netblocks, sebuah perusahaan Inggris yang melacak konektivitas internet secara global, mengonfirmasi pemadaman informasi di Gaza.
Baca juga: AS Diduga Desak Qatar Batasi Berita Al Jazeera soal Perang Israel dan Hamas
"Itu adalah gangguan terbesar terhadap konektivitas internet di Gaza sejak awal konflik dan akan dianggap oleh banyak orang sebagai pemadaman internet total atau hampir total," kata Isik Mater, direktur penelitian Netblocks, Jumat (27/10/2023).
“Hilangnya rute internasional kemungkinan akan sangat membatasi kemampuan penduduk untuk berkomunikasi dengan dunia luar," lanjutnya, dikutip dari NBC News.
Pers Kehilangan Kontak dengan Jurnalis di Gaza
Baca juga: Serangan Darat Israel ke Gaza Dimulai, Hamas Siap Melawan, Yakin Netanyahu Tak Akan Menangkan Apapun
Beberapa media internasional kehilangan kontak dengan kru dan jurnalis mereka di Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah mengatakan kepada para jurnalis dan pers di Gaza, IDF tidak bisa melindungi mereka.
"Israel tidak dapat menjamin keselamatan karyawan Anda, dan sangat mendesak Anda untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan demi keselamatan mereka,” menurut surat yang dikirim ke Reuters dan AFP.
Seorang jurnalis dari media Rusia di Gaza menggambarkan pengeboman yang sangat kejam oleh Israel.
“Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan terhadap anak-anak dan keluarga saya. Semua orang takut, semua orang ketakutan, dan ada teriakan di mana-mana di Jalur Gaza,” kata Masoud, seorang reporter lokal.
Menurut anggota NBC News, yang juga mengirim pesan kepada rekan-rekannya, semua internet, listrik, dan segalanya telah terputus.
“Situasi yang kami hadapi saat ini sulit, sangat sulit dan sangat berbahaya. Kami diserang secara besar-besaran dengan artileri dan udara,” kata kru NBC News itu.
Badan Kemanusiaan Tak Bisa Hubungi Relawan di Gaza
Baca juga: Hamas Bantah Klaim Israel soal Markas Bawah Tanah di RS Al Shifa di Gaza
Badan anak-anak PBB juga kehilangan kontak dengan rekan-rekan mereka di Gaza.
Sementara itu, ketua UNICEF, Catherine Russel, mengatakan dia sangat khawatir dengan keselamatan mereka.
Badan amal kesehatan internasional Doctors Without Borders (MSF) juga mengatakan tidak ada kontak dengan beberapa rekan mereka dari Palestina.
“Kami sangat khawatir terhadap para pasien, staf medis dan ribuan keluarga yang berlindung di rumah sakit Al Shifa dan fasilitas kesehatan lainnya,” kata MSF.
Selain itu, terputusnya komunikasi di Gaza juga berisiko pada layanan kesehatan di Gaza.
“Kami benar-benar kehilangan kontak dengan ruang operasi di Jalur Gaza dan semua tim kami yang beroperasi di sana karena pemerintah Israel memutus semua komunikasi telepon rumah, seluler, dan internet,” kata organisasi kemanusiaan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina.
"Gangguan ini mempengaruhi nomor darurat pusat '101' dan menghambat kedatangan kendaraan ambulans untuk korban luka dan cedera,” tambahnya.
Hamas: Israel Berusaha Menutupi Kejahatan
Baca juga: Berselisih dengan Militer, PM Israel Tunda Serangan Darat Besar-besaran ke Gaza
Sementara itu, Hamas mengklaim dengan memutus komunikasi dari Jalur Gaza, Israel berusaha untuk menutupi kejahatannya tanpa pengawasan atau akuntabilitas.
"Zionis Israel mencoba untuk menciptakan citra kemenangan,” kata seorang pejabat senior, Osama Hamdan kepada Al Jazeera.
Direktur Komunikasi Turki, Fahrettin Altun, juga mengatakan serangan Israel terhadap pusat komunikasi di Gaza bertujuan untuk menutup informasi dari Palestina.
“Pemadaman listrik yang dilakukan Israel, yang dimaksudkan untuk mencegah semua saluran komunikasi internasional menghubungkan Gaza dengan dunia luar, jelas menunjukkan niat untuk melakukan kejahatan perang,” kata Fahrettin Altun di X, Jumat (27/10/2023).
“Ini adalah upaya untuk menyembunyikan kebenaran buruk tentang penghancuran nyawa warga sipil oleh Israel," lanjutnya.
Menurutnya, serangan itu mengabaikan hak asasi dan dasar masyarakat di Palestina untuk bersuara.
Hingga Jumat (27/10/2023), jumlah korban meninggal mencapai lebih dari 7.326 orang tewas dan lebih dari 18.967 orang terluka sejak pertempuran Hamas-Israel di mulai pada Sabtu (7/10/2023), dikutip dari Al Arabiya.
Selain itu, lebih dari 100 petugas kesehatan tewas dan 15 dari 35 rumah sakit serta 57 layanan kesehatan dasar tidak dapat berfungsi.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel