TRIBUNNEWS.COM - Sebuah komisi independen menemukan pendeta Spanyol melakukan pelecehan seksual terhadap lebih dari 200.000 anak-anak di bawah umur.
Laporan tersebut mengungkapkan, pelecehan seksual dilakukan oleh pendeta Katolik Roma sejak tahun 1940-an lalu.
Dilansir Al Jazeera, laporan tersebut tidak memberikan angka spesifik.
Sebuah jajak pendapat menemukan populasi dewasa Spanyol mengaku pernah mengalami pelecehan seksual oleh anggota pendeta ketika mereka masih anak-anak.
Data itu dihimpun dari 8.000 orang atau 0,6 persen dari 39 juta orang.
Menurut Ombudsman nasional Spanyol, Angel Gabilondo, persentasenya meningkat menjadi 1,13 persen – atau lebih dari 400.000 orang.
"Ketika pelecehan yang dilakukan oleh anggota awam dimasukkan, persentasenya meningkat," katanya pada konferensi pers yang diadakan pada Jumat (27/10/2023).
Baca juga: Gereja Katolik Selidiki Pelecehan Sekual oleh Pastor yang Sudah Meninggal
"Komisi juga mewawancarai 487 korban, yang menekankan “masalah emosional” yang diakibatkan oleh pelecehan tersebut," kata Gabilondo.
Pengungkapan dokumen setebal 700 halaman di Spanyol ini adalah yang terbaru yang mengguncang Gereja Katolik Roma.
Selama 20 tahun terakhir, komunitas gereja internasional diguncang serangkaian skandal pelecehan seksual yang juga melibatkan anak-anak.
Bahkan ada orang-orang yang meninggal karena bunuh diri karena kasus ini.
"Orang-orang yang tidak pernah bisa menghidupkan kembali kehidupan mereka," kata Gabilondo.
Tuduhan pelecehan yang dilakukan para pendeta baru-baru ini mulai mendapat perhatian di Spanyol.
Mereka merekomendasikan pembentukan dana negara untuk membayar ganti rugi kepada para korban.
“Sayangnya, selama bertahun-tahun ada keinginan tertentu untuk menyangkal adanya pelanggaran atau keinginan untuk menyembunyikan atau melindungi para pelaku,” kata Gabilondo.
Baca juga: Panitia Peresmian Gereja Katolik Tanjung Balai Karimun Ucapkan Terima Kasih ke Jokowi
Parlemen Spanyol pada Maret 2022 dengan suara bulat menyetujui pembentukan komisi independen yang dipimpin oleh ombudsman negara tersebut, untuk menyelidiki pelecehan yang dilakukan oleh para ulama.
Gereja Katolik di Spanyol dengan tegas menolak melakukan penyelidikan sendiri, juga menolak untuk mengambil bagian dalam penyelidikan tersebut.
Meski demikian, mereka bekerja sama dengan memberikan dokumen mengenai kasus-kasus pelecehan seksual yang telah dikumpulkan oleh keuskupan.
Gereja Spanyol juga telah menetapkan protokol untuk menangani pelecehan seksual dan telah mendirikan kantor “perlindungan anak” di keuskupan.
Dihubungi oleh AFP, Konferensi Waligereja Spanyol mengatakan mereka akan bereaksi terhadap laporan komisi tersebut pada hari Senin dalam pertemuan luar biasa.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)