TRIBUNNEWS.COM -- Kebencian Iran terhadap Amerika Serikat semakin menjadi akibat negeri Paman Sam tersebut tak mau menyerukan gencatan senjata perang Israel dengan Hamas.
Bahkan diam-diam militer AS dikabarkan menyusupkan pasukannya dalam invasi darat di Gaza.
Hingga Minggu (5/11/2023) korban tewas di Gaza telah menembus 10.000 orang, sebagian dari mereka adalah anak-anak dan wanita.
Negara Zionis tersebut membombardir rumah sakit lokasi para pengungsi mencari perlindungan, sehingga korban sipil tidak terelakkan.
Baca juga: Pintu Perbatasan Rafah Ditutup, WNI M Hussein & Keluarganya Belum Berhasil Dievakuasi dari Gaza
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan bahwa Israel melakukan kejahatan perang dan genosida dengan dukungan penuh dari pemerintah AS.
“Tindakan kriminal Israel, yang didukung penuh oleh Amerika Serikat, menggambarkan semangat arogan Washington yang memicu kebencian antar negara di seluruh dunia,” kata Kanaani, menurut Press TV pada Minggu.
Pemerintahan Joe Biden disebut menolak menyerukan gencatan senjata penuh antara Israel dan Hamas, dan memilih jeda kemanusiaan.
Alih-alih menghentikan peperangan, AS malah memasok senjata-senjata modern ke pasukan Israel untuk membombardir Gaza.
Pentagon mengirimkan armada angkatan laut ke Laut Mediterania bagian barat untuk menunjukkan dukungan kepada Israel.
Dikutip dari IRNA, Menteri Pertahanan Iran Mohammad-Reza Ashtiani memperingatkan ke AS bila peperangan di Gaza tak diakhir, maka akan ada konsekuensi besar.
"Hanya mengingatkan ke AS agar mengakhiri peperangan dan segera melakukan gencatan di Gaza. Kalau tidak mereka justri akan terkena dampak paling parah," tegas Mohammad-Reza Ashtiani.
Iran terus menyerukan diakhirinya pertumpahan darah di wilayah kantong Palestina dan berulang kali menuduh Washington memicu ketegangan di Timur Tengah sejak Israel memulai operasi militernya di Gaza menyusul serangan mendadak yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh Hamas yang menewaskan sekitar 1.400 warga Israel, sebagian besar warga sipil.
Baca juga: Tak Hanya Usul Gaza di Bom Nuklir, Menteri Israel Minta Warga Palestina Pindah ke Gurun Pasir
Namun demikian, justru Israel dan AS menuding Iran berada di belakang serangan Hamas terhadap warga sipil Israel pada 7 Oktober lalu.
Zionis juga menuding negeri Syiah tersebut memasok senjata kepada kelompok tersebut.
Pentagon juga mengatakan bahwa Iran mendukung milisi, yang melakukan serangan pesawat tak berawak dan roket terhadap pangkalan AS di Timur Tengah.
Pada sisi lain, Amerika terus menggalang dukungan dari negara Arab, salah satunya dari Irak.
Untuk kepentingan tersebut bahkan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, melakukan kunjungan mendadak kemarin ke Bagdad.
Kunjungan tersebut menunjukkan dukungan kepada perdana menteri Irak, Mohammed Shia Al-Sudani, dan mengirimkan pesan ke Iran tentang komitmen pemerintahan Biden untuk membela personelnya.
Kunjungan Blinken ke Timur Tengah bertujuan untuk membendung dampak perang Israel melawan Hamas dan untuk menghalangi Iran dan proksinya – khususnya Hizbullah, kelompok bersenjata yang menguasai wilayah Lebanon di sepanjang perbatasan utara Israel – untuk memasuki konflik.
Dikutip dari The New York Times, peta-peta tersebut menunjukkan di mana bentrokan di perbatasan semakin intensif.
Para pejabat mengatakan bahwa pemerintahan Biden telah mengirim pesan ke Iran dan Hizbullah melalui mitra regional bahwa AS akan siap melakukan intervensi militer terhadap mereka jika mereka melancarkan serangan terhadap Israel.
Sebelumnya pada hari itu, Blinken melakukan perjalanan ke Tepi Barat yang diduduki Israel untuk bertemu dengan Mahmoud Abbas, presiden Otoritas Palestina yang didukung secara internasional.
Blinken dan Abbas membahas upaya untuk memulihkan ketenangan di Tepi Barat, tempat serangan militer Israel dan serangan mematikan oleh pemukim bersenjata Israel meningkat sejak serangan 7 Oktober.
Di Israel pada hari Jumat, Blinken secara pribadi menguraikan beberapa langkah untuk mengurangi korban sipil dalam kampanye militernya, termasuk penggunaan bom yang lebih kecil.
Israel menggunakan setidaknya dua bom seberat 2.000 pon dalam serangan udara pekan lalu di Jabaliya, daerah padat di utara Kota Gaza.