Amnesty International Ungkap Hasil Penelitian Tentang TikTok dan Bahaya untuk Anak
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Amnesty International mengungkap hasil penelitian global terkait soal bahaya konten TikTok khususnya bagi anak-anak dan remaja.
Sistem rekomendasi konten TikTok dan praktik pengumpulan data yang invasif disebutkan menimbulkan bahaya bagi pengguna anak muda.
Sistem rekomendasi konten di platform itu, merujuk hasil penelitian itu, satu di antaranya dengan mempromosikan konten depresi dan bunuh diri yang berisiko memperburuk kesehatan mental anak muda.
Sebuah penelitian teknikal -merupakan kerjasama lembaga itu dengan Algorithmic Transparency Institute dan AI forensics- menyimpulkan adanya bahaya yang mengintai anak-anak di feed "for you".
Baca juga: Viral 6 Siswa SD Sayat Tangan di TikTok, KPAI Ingatkan Bahaya Penggunaan Media Sosial Berlebihan
"Setelah 5-6 jam dengan menggunakan akun secara otomatis di TikTok, 1 dari 2 konten berisi kesehatan mental dan memiliki potensi bahaya dan hampir sebanyak 10 kali terpapar pada akun yang tidak memiliki ketertarikan dengan isu kesehatan mental," tulis laporan tersebut seperti dikutip dari amnesty.org, Selasa (7/11/2023).
Selain itu, laporan tersebut juga menulis kalau antara 3 dan 20 menit lebih dari setengah konten yang terdapat dalam feed TikTok berhubungan dengan kesehatan mental hingga konten yang mendorong aksi bunuh diri sebagai tindakan yang "normal".
"Temuan investigasi bersama menunjukan bagaimana anak-anak dan pemuda yang terpapar konten terkait masalah kesehatan mental di feed di Tiktok bisa dengan cepat menjebak mereka dalam sebuah ‘lubang kelinci’ dengan potensi konten-konten yang membahayakan diri mereka termasuk video yang mendukung pemikiran depresi, melukai diri sendiri hingga bunuh diri," tulis laporan tersebut.
Feed "For You" TikTok merupakan halaman yang sangat dipersonalisasi dan dapat digulir tanpa batas berisi konten yang direkomendasikan secara algoritmik, dipilih untuk mencerminkan apa yang disimpulkan oleh sistem sebagai minat pengguna.
Penelitian teknis dilakukan dengan menggunakan lebih dari 30 akun otomatis yang dibuat untuk mewakili anak-anak berusia 13 tahun di Kenya dan Amerika Serikat untuk mengukur dampak sistem rekomendasi TikTok terhadap pengguna muda. Simulasi tambahan yang dijalankan secara manual melibatkan akun masing-masing di Kenya, Filipina, dan Amerika Serikat.
Efek "lubang kelinci" bahkan lebih cepat terjadi ketika peneliti secara manual menonton ulang video terkait kesehatan mental yang disarankan untuk meneliti akun yang meniru pengguna berusia 13 tahun di Kenya, Filipina, dan Amerika Serikat