Laporan Wartawan Tribunnews.com, Agave Boniarce Veva Situmorang
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON DC - Perempuan Palestina-Amerika pertama yang menjabat sebagai anggota Kongres Amerika Serikat, Rashida Tlaib menjadi emosional saat menyampaikan pidatonya untuk membela warga Palestina, Rabu (8/11/2023).
Tlaib terlihat berkali-kali menahan air mata saat dia membela diri dan rakyat Palestina usai Kongres AS mengajukan resolusi kecaman terhadap dirinya, serta melakukan pemungutan suara terakhir terhadap resolusi itu.
“Saya tidak percaya saya harus mengatakan ini. Tapi, rakyat Palestina tidak bisa dibuang. Kami adalah manusia seperti orang lain,” kata Tlaib dengan suaranya yang bergetar.
Di tengah pidatonya, Tlaib juga mengangkat foto neneknya yang keturunan asli Palestina.
“Nenek saya, seperti semua warga Palestina, hanya ingin menjalani hidupnya dengan kebebasan yang layak kita dapatkan. Berbicara untuk menyelamatkan nyawa, Tuan Ketua, tidak peduli keyakinannya, tidak peduli etnisnya, tidak boleh menjadi kontroversi di majelis ini,” tambahnya.
Resolusi untuk mengecam Tlaib atas komentarnya diajukan pada Selasa, setelah majelis menolak mosi yang dipimpin Partai Demokrat untuk membatalkan resolusi 208-213-1. Satu anggota Partai Demokrat mendukung langkah tersebut, dan 6 anggota Partai Republik menolaknya.
Menurut informasi, ini adalah kedua kalinya Tlaib menghadapi resolusi kecaman atas kritiknya terhadap Israel.
Tlaib pertama kali memicu kemarahan beberapa rekannya karena menolak meminta maaf setelah menyalahkan Israel atas ledakan mematikan di ruma sakit di Gaza, yang diyakini para pejabat AS disebabkan oleh roket Jihad Islam Palestina.
Baru-baru ini, dia juga mendapat kecaman karena menyerukan gencatan senjata ketika perang Israel-Gaza berkecamuk. Dia bahkan menuduh presiden Joe Biden mendukung genosida Palestina atas penolakan pemerintahannya terhadap gencatan senjata secara umum.
Dia juga kembali menyerang Presiden Joe Biden, khususnya atas komentarnya di masa lalu, yang mempertanyakan statistik jumlah korban tewas yang diberikan Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola oleh Hamas.
Baca juga: Jokowi Temui Joe Biden Pekan Depan Bersamaan Konflik Palestina Vs Israel, Ini yang Dibahas
Selain itu, para pengkritik Tlaib mengklaim, penggunaan frasa ‘dari sungai ke laut.’ yang digunakan Tlaib dalam pernyataannya, dianggap sebagai bentuk seruan untuk mengakhiri keberadaan Israel.
Tlaib sendiri dikabarkan menyanggah tuduhan tersebut dan mengatakan, itu adalah seruan ‘aspirasional untuk kebebasan, hak asasi manusia, dan hidup berdampingan secara damai, bukan kematian, kehancuran, atau kebencian’.
Dikelilingi oleh beberapa rekannya darI Partai Demokrat yang progresif, Tlaib mengatakan, dia tidak akan berhasil dibungkam, serta menuduh para anggota lain lah yang memutarbalikkan kata-katanya.