TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Pasukan darat Israel mulai hari Rabu (8/11/2023) kemarin memulai perburuan terhadap pejuang Hamas di Jalur Gaza setelah mereka berhasil menguasai sebagian wilayah Gaza melalui pemboman masif yang mereka lakukan terus-menerus.
Aksi pemboman Israel menyebabkan gelombang pengungsian besar-besaran warga Palestina dari Gaza Utara ke Selatan mendekati perbatasan Gaza dengan Mesir. Sementara warga yang memilih bertahan di Gaza utara mengalami kelaparan.
Upaya perburuan pasukan darat Israel berusaha menemukan dan melumpuhkan jaringan terowongan besar pejuang Hamas di bawah wilayah kantong tersebut.
Kota Gaza sendiri selama ini menjadi benteng utama Hamas, dan Israel berupaya terus mengepung kota ini. Militer Israel menyatakan, pasukan mereka telah maju ke jantung kota.
Sementara Hamas mengatakan para pejuangnya telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan penyerang.
Kepala juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa korps teknik tempur Israel menggunakan alat peledak untuk menghancurkan jaringan terowongan yang dibangun oleh Hamas yang membentang ratusan kilometer (mil) di bawah Gaza.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel mempunyai satu target yakni teroris Hamas di Gaza, termasuk jaringan infrastruktur mereka, komandan mereka, bunker dan ruang komunikasi.
Tank-tank Israel menghadapi perlawanan sengit dari pejuang Hamas yang menggunakan jaringan terowongan untuk melancarkan penyergapan, kata dua sumber Hamas dan kelompok militan Jihad Islam yang terpisah.
Tidak mungkin untuk memverifikasi klaim medan perang dari kedua belah pihak.
Baca juga: Israel Akui Sulit Kalahkan Hamas, Mereka Punya Labirin Terowongan Bawah Tanah di Seluruh Gaza
Israel telah menyuarakan ketakutannya bahwa operasi militer dapat semakin membahayakan para sandera, yang diyakini ditahan di terowongan di Gaza.
Israel mengatakan mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata sampai para sandera dibebaskan. Sementara para Hamas juga menegaskan mereka tidak akan berhenti berperang saat Gaza diserang.
“Saya menantang (Israel) apakah hingga saat ini mereka mampu mencatat pencapaian militer apa pun di lapangan selain membunuh warga sipil,” kata pejabat senior Hamas Ghazi Hamad kepada televisi Al Jazeera.
Baca juga: Pembebasan 12 Sandera oleh Hamas Akan Dibarter dengan Jeda Kemanusiaan 3 Hari
“Gaza tidak bisa dipecahkan dan akan tetap menjadi duri di tenggorokan Amerika dan Zionis,” kata Hamad.
Meskipun operasi militer Israel terfokus di bagian utara Gaza, bagian selatan juga mendapat serangan. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 23 orang tewas dalam dua serangan udara Israel pada hari Selasa di kota selatan Khan Younis dan Rafah.
Sejak 7 Oktober, pemboman Israel telah menewaskan lebih dari 10.000 warga Palestina, sekitar 40 persen di antaranya anak-anak, menurut penghitungan pejabat kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas.
Amerika Serikat yang selama ini menjadi sekutu loyal Israel, menyatakan mendukung posisi Israel bahwa gencatan senjata akan membantu Hamas secara militer.
Baca juga: Segini Budget yang Dikeluarkan Israel untuk Menembakan Satu Rudal Pencegat Iron Dome ke Roket Hamas
Namun Presiden AS Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa ia telah mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menghentikan sementara pertempuran.
Di Khan Younis, Gaza, tim penyelamat menggunakan tangan kosong untuk mencoba membebaskan seorang gadis yang terkubur di pinggangnya dalam puing-puing menyusul serangan terhadap sebuah rumah yang menurut pejabat kesehatan menewaskan 11 orang.
“Ini adalah keberanian yang disebut Israel – mereka menunjukkan kekuatan dan kekuasaan mereka terhadap warga sipil, bayi di dalam, anak-anak di dalam, dan orang tua,” kata Ahmed Ayesh, yang diselamatkan dari reruntuhan rumah.
Sayap bersenjata Hamas, Selasa malam, 7 November 2023 menyatakan bahwa mereka menembakkan rudal ke Tel Aviv, dan sirene roket terdengar di kota Israel dan kota-kota lain di Israel tengah.
Warga Israel di Tel Aviv memperingati satu bulan sejak serangan Hamas dengan menyalakan lilin di sekitar foto para sandera di Habima Square. Ada yang menangis, ada pula yang bernyanyi atau berdoa.
Baca juga: Mantan Komandan Perang Ukraina Meledek, Kiriman Senjata Korut ke Rusia Hanya 4 Persen yang Berfungsi
“Saya datang untuk melihat wajah para sandera, untuk merasa menjadi bagian darinya. …Saya ingin berada di sisi keluarga yang orang-orang terkasihnya berada” di Gaza, kata Valeria Nesterov, 24, seorang penata rias.
Israel sejauh ini masih belum jelas mengenai rencana jangka panjangnya jika mereka mencapai tujuan yang dinyatakan untuk mengalahkan Hamas.
Dalam beberapa komentar langsung pertama mengenai masalah ini, Netanyahu mengatakan Israel akan berusaha untuk memikul tanggung jawab keamanan di Gaza “untuk jangka waktu yang tidak terbatas” setelah perang.
Namun para pejabat mengatakan Israel tidak tertarik untuk mengatur daerah kantong tersebut. Gallant, menteri pertahanan Israel, mengatakan bahwa setelah perang selesai, baik Israel maupun Hamas tidak akan memerintah Gaza.
Kondisi Gaza Memburuk, Warga Kelaparan
Kondisi kehidupan di Gaza yang sudah sangat buruk semakin memburuk setelah satu bulan pemboman tanpa henti.
Hampir dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza menjadi pengungsi internal, menurut angka PBB, dan ribuan orang mencari perlindungan di rumah sakit termasuk di tempat penampungan sementara di tempat parkir mobil mereka.
Di Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza, Um Haitham Hejela, seorang wanita yang berlindung bersama anak-anak kecil di tenda darurat yang terbuat dari kain, mengatakan mereka meninggalkan rumah karena serangan udara.
“Situasinya semakin buruk dari hari ke hari,” katanya. “Tidak ada makanan, tidak ada air. Ketika anak saya pergi mengambil air, dia mengantri selama tiga atau empat jam. Mereka (tentara Israel) telah menyerang toko roti, kami tidak punya roti,” ungkapnya.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan 122.000 warga Gaza yang mengungsi berlindung di rumah sakit, gereja, dan bangunan umum lainnya di seluruh Jalur Gaza, dan 827.000 lainnya berlindung di sekolah.
Militer Israel menuduh Hamas menyembunyikan pintu masuk terowongan dan pusat operasional di dalam rumah sakit Al Shifa, namun kelompok tersebut membantahnya.
Organisasi-organisasi internasional dan negara-negara Barat telah berusaha keras untuk memberikan bantuan ke wilayah tersebut dan mengeluarkan warga negara asing.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan konvoi kemanusiaan diserang di Kota Gaza pada hari Selasa.
Setelah melakukan perubahan rute, konvoi mengirimkan pasokan medis ke Rumah Sakit Al Shifa. Menyebut insiden itu “sangat meresahkan,” organisasi tersebut mengatakan dua truk rusak dan seorang pengemudi terluka ringan. Namun pihaknya tidak mengidentifikasi sumber penembakan.
Sumber: Arab News