News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Gaza Terus Dibombardir, Think Tank Zionis Sudah Rencanakan Caplok Gaza dan Usir Warga Palestina

Penulis: Muhammad Barir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bombardemen Israel terhadap area di Rumah Sakit Indonesia pada Kamis (9/11/2023) malam. Rumah Sakit Indonesia di Gaza adalah salah satu rumah sakit terakhir yang tersisa di Gaza dan telah merawat ribuan warga sipil Palestina ketika Israel terus melakukan pemboman setiap hari. (ambil layar)

Gaza Terus Dibombardir, Think Tank Zionis Sudah Lama Berencana Caplok Gaza dan Usir Warga Palestina

TRIBUNNEWS.COM- Rencana jahat Israel terhadap Bangsa Palestina terungkap. Think Tank atau lembaga pemikir Zionis Israel telah menerbitkan cetak biru pencaplokan Gaza.

Saat ini, pemboman di Jalur Gaza masih terus menerus dilakukan militer Israel. Serangan ini telah memasuki bulan Kedua.

Pemboman brutal yang dilakukan militer Israel hingga kini telah menyebabkan lebih dari 11.100 orang tewas, 8.000 di antaranya adalah korban jiwa itu adalah anak-anak dan perempuan.

Selain itu, ada 28.000 orang yang mengalami luka-luka. Ada setidaknya 70 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza telah mengungsi.

Think tank zionis yang berbasis di Tel Aviv telah lama sudah menerbitkan rencana atau cetak biru pencaplokan Gaza. Mereka memproklamirkan diri sebagai negara Yahudi.

Dalam buku putih yang dirilis lebih dari seminggu setelah 7 Oktober, Institut Keamanan Nasional dan Strategi Zionis menguraikan rencana pemukiman kembali penduduk Gaza di Mesir.

Mereka menganggap ini adalah kesempatan untuk mengusir seluruh warga Palestina dari Jalur Gaza.

Diterbitkan dalam bahasa Ibrani di situs organisasi tersebut, makalah ini ditulis oleh Amir Weitman, seorang manajer investasi dan peneliti tamu di Institut yang juga memimpin kaukus libertarian Partai Likud yang sedang berkuasa di Israel.

Dokumen tersebut dimulai dengan catatan bahwa ada 10 juta unit rumah atau apartemen yang kosong di negara tetangga Mesir yang bisa segera diisi oleh warga Palestina.

Amir Weitman berusaha meyakinkan kepada para pembacanya bahwa rencana yang akan mereka lakukan akan dilakukan secara terus menerus,

"Selaras dengan kepentingan ekonomi dan geopolitik Negara Israel, Mesir, Amerika Serikat dan Arab Saudi.” klaim Amir Weitmen seperti dikutip dari The Grayzone.

Usulan Genosida atau pembersihan etnis Palestina di Gaza, Amir Weitman merencanakan pemindahan dilakukan secara paksa warga Palestina di Gaza.

Warga Palestina di Gaza akan diusir oleh militer Israel. Mereka akan mendapatkan teror terus menerus bahkan pembantaian.

Dia menegaskan kondisi lahan di Gaza akan memberikan standar hidup yang tinggi bagi banyak pemukim Israel.

Sehingga memungkinkan perluasan permukiman Gush Dan hingga dekat perbatasan Mesir, dan memberikan dorongan yang luar biasa bagi pemukiman di Negev.

Pada bulan Desember 2021, Tel Aviv menyetujui rencana untuk mendirikan empat pemukiman di Negev untuk menampung 3.000 keluarga pemukim.

Genosida Palestina

Meskipun Mesir sejauh ini menolak tekanan Israel untuk menerima eksodus massal warga Gaza melalui penyeberangan Rafah selatan, Amir Weitman mengklaim bahwa Kairo akan menyambut eksodus massal pengungsi Palestina tersebut.

Amir Weitman mengklaim bahwa kreditor utama Kairo – termasuk Prancis, Jerman dan Arab Saudi – kemungkinan besar akan menyambut baik revitalisasi perekonomian Mesir, berkat investasi Israel dalam pemindahan permanen warga Palestina.

Ia memerkirakan bahwa Eropa Barat akan menyambut baik pemindahan seluruh penduduk Palestina di Gaza ke Negara Mesir.

Sementara itu, ia memperkirakan Riyadh akan menerima langkah tersebut karena evakuasi dari Jalur Gaza berarti akan tersingkirnya sekutu penting Iran.

Mereka mengklaim, pembersihan etnis di Gaza berarti diakhirinya pertempuran yang berulang-ulang dan tak henti-hentinya, yang mengobarkan api kebencian terhadap Israel.

Selain itu, menutup masalah Gaza akan memastikan pasokan gas Israel yang stabil dan meningkat ke Mesir dan pencairannya dari cadangan gas yang sangat besar yang disita oleh Israel di dekat pantai Gaza.

Sebaliknya, warga Palestina diperkirakan mau tidak mau akan dipindahkan secara paksa dari rumah mereka daripada hidup dalam kondisi diserang dan dibombardir seperti sekarang.

Oleh karena itu, Israel merasa perlu untuk membuat kondisi warga Gaza untuk berimigrasi dari Gaza ke Kairo. Termasuk dengan pemboman dan serangan ke Gaza yang terus menerus.

Amir Weitman mencatat bahwa dua juta penduduk Gaza itu jumlahnya kurang dari 2 persen dari total populasi Mesir, saat ini sudah mencakup 9 juta pengungsi.

Makalah ini menyimpulkan dengan nada buruk: “Tidak ada keraguan bahwa agar rencana ini dapat membuahkan hasil, banyak kondisi yang harus ada pada saat yang bersamaan".

Saat ini, klaim mereka, kondisi tersebut telah terpenuhi dan masih belum jelas kapan peluang seperti sekarang itu akan muncul kembali.
Sehingga klaim mereka, sekarang inilah saatnya untuk mengusir warga Palestina dari jalur Gaza ke Mesir.

Sekalipun bertentangan dengan hukum internasional, Israel tidak peduli. Karena mereka dibekingi Amerika Serikat.

Arnon Sofer adalah seorang akademisi yang membantu merancang penyerangan Israel ke Gaza untuk merekayasa perdamaian satu arah

Sofer berkata, "Jika kita ingin tetap hidup, kita harus membunuh dan membunuh dan membunuh, sepanjang hari, setiap hari. Jika kita tidak membunuh, kita akan lenyap."

Usulan-usulan tentu saja, sangat biadab dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan, mereka mengklaim ini mencerminkan apa yang tampaknya diharapkan oleh banyak pejabat Israel secara pribadi.

Dan apa yang secara terbuka didorong oleh setidaknya satu mantan pejabat pemerintah sebagai solusi altruistik terhadap masalah Palestina.

“Ada hamparan yang sangat luas, ruang yang hampir tak ada habisnya di Gurun Sinai, tepat di sisi lain Gaza,” kata mantan Wakil Menteri Luar Negeri Israel, Danny Ayalon menggemakan logika genosida Zionis di balik usulan Weitman dalam sebuah wawancara dengan Marc Lamont dari Al Jazeera.

“Idenya adalah — dan ini bukan pertama kalinya hal ini dilakukan —agar mereka pergi ke wilayah terbuka di mana kita dan komunitas internasional akan mempersiapkan infrastrukturnya – Anda tahu, 10 kota dengan makanan dan air – seperti untuk para pengungsi Suriah.”

Pada tahun 2004, ahli demografi Zionis Arnon Sofer dari Universitas Haifa memaparkan rencana rinci isolasi Gaza langsung kepada pemerintahan Ariel Sharon.

Hal ini berarti penarikan seluruh pasukan Israel dari wilayah tersebut dan membangun sistem pengawasan dan keamanan yang ketat untuk memastikan tidak ada seorang pun yang bisa keluar masuk tanpa izin Zionis. Dia memperkirakan akan terjadi pertumpahan darah akan terjadi terus menerus.

“Ketika 2,5 juta orang tinggal di Gaza yang tertutup, ini akan menjadi bencana kemanusiaan. Orang-orang itu akan menjadi hewan yang lebih besar daripada sekarang … Tekanan di perbatasan akan sangat buruk," klaimnya.

"Ini akan menjadi perang yang mengerikan. Jadi, jika kita ingin tetap hidup, kita harus membunuh, membunuh, dan membunuh" ucap Zionis tersebut berpikiran kejam terhadap kemanusiaan.

Sekarang ini yang sedang terjadi di Gaza adalah salah satu penyerangan paling kejam terhadap penduduk sipil sepanjang sejarah sedang berlangsung.

Serangan militer membabi buta, menyerang sekolah, tempat ibadah masjid gereja, kamp pengungsi, rumah sakit, yang sebenarnya dilarang oleh hukum internasional, dikutuk oleh PBB.

Namun dengan congkaknya, Israel masih tetap melakukannya karena mereka didukung Amerika Serikat.

Di tengah kecaman dunia internasional termasuk tekanan warganya sendiri, Amerika Serikat di bawah presiden Joe Biden justru membantu Israel.

Mereka menyetujui bantuan sebesar 14,3 miliar dolar kepada Israel.

Washington juga mengirimkan kapal perangnya ke Mediterania timur sebagai peringatan kepada Hizbullah dan Iran, sehingga mempersenjatai negara Zionis Israel.

Singkatnya, pembersihan etnis rakyat Palestina secara sederhana dibikin hitam-putih oleh think tank zionis yang sangat dekat dengan Partai Likud.

Hal ini terjadi dengan keterlibatan Washington. 

Sementara dunia internasional tidak berdaya menyaksikan pemusnahan suatu bangsa.

Baca juga: Kesaksian Tanggal 7 Oktober Terungkap Militer Israel Tembaki Warganya Sendiri dengan Tank dan Rudal

Baca juga: Palestina Sebut Israel Usir Pasien Rumah Sakit ke Jalan: Pasien Meninggal Tanpa Terima Perawatan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini