Korban Tewas di Palestina Tembus 11.100 Orang, Ada Bayi Prematur Turut Jadi Korban
Perang Palestina-Israel terus berkecamuk hingga hari ini, Selasa (14/11/2023).
Dikutip dari Aljazeera, pemerintah Palestina menyebut setidaknya hingga Senin (13/11/2023), total jumlah korban tewas mencapai 11.100 orang termasuk lebih dari 8.000 anak-anak dan wanita.
Gempuran serangan Israel pun terus dilancarkan di mana juga menyasar dua rumah sakit terbesar di Gaza yaitu Al-Shifa dan Al-Quds.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan situasi di RS Al-Shifa mengerikan dan berbahaya.
"Dunia tidak bisa berdiam diri sementara rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat berlindung yang aman, berubah menjadi tempat kematian, kehancuran, dan keputusasaan," ujar Tedros.
Baca juga: Bantuan Masyarakat Indonesia ke Palestina Terus Mengalir, 1.000 Porsi Makanan untuk Warga Gaza
Dia juga menyebut RS Al-Shifa sudah tidak bisa beroperasi lagi buntut serangan dari Israel.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut ada 12 pasien termasuk dua bayi prematur menjadi korban tewas akibat berhentinya pasokan listrik yang memengaruhi fasilitas kardiovaskular dan bangsal bersalin yang telah rusak parah.
Sementara, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, ada tiga bayi prematur yang baru lahir juga harus tewas.
WHO mengungkapkan ada 600-650 pasien, 200-500 petugas kesehatan, dan sekitar 1.500 pengungsi internal masih berada di rumah sakit tersebut tanpa bisa keluar dengan aman.
Para pasien termasuk 36 bayi yang berada di rumah sakit tersebut juga berisiko tewas karena kurangnya inkubator yang berfungsi.
Sebagai informasi, militer Israel telah mengepung fasilitas kesehatan di utara Gaza termasuk RS Al-Shifa yang mengklaim tempat tersebut adalah markas dari Hamas.
Hamas dan pihak rumah sakit pun sudah membantah tudingan militer Israel tersebut dengan menyebut tidak adanya fasilitas militer di sana.
Wakil Menteri Kesehatan Hamas, Munir al-Boursh mengungkapkan para penembak jitu kerap menembaki kompleks rumah sakit tersebut.