TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak hanya meluncurkan serangan kepada warga sipil tetapi juga para jurnalis yang sedang bertugas di Lebanon Selatan ketika pertempuran antara Hizbullah dan Israel meningkat.
Beberapa jurnalis yang mengenakan jaket flack dengan tulisan 'Pers' sedang melaporkan siaran langsung dari sebuah kota perbatasan di Bint Jbeil, desa Yaroun.
Dalam video yang beredar di media sosial, para jurnalis tersebut sedang berada sangat dekat dengan serangan IDF.
Salah satu mobil jurnalis mengalami kerusakan akibat serangan roket IDF.
Namun sebelum para jurnalis berangkat ke wilayah tersebut, mereka telah mengoordinasikan semuanya dengan pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dan Angkatan Bersenjata Lebanon, dikutip dari Al Arabiya.
Beberapa jurnalis Palestina juga banyak yang terbunuh ketika IDF terus meluncurkan serangan di Gaza.
Baca juga: Populer Internasional: IDF Temukan Senjata Hamas di Bawah Air - Chaos di Departemen Luar Negeri AS
Israel juga pernah mengatakan tidak menjamin keselamatan para jurnalis yang bertugas di Gaza.
Pada bulan lalu, seorang jurnalis Lebanon yang bekerja untuk Reuters terkena serangan Israel dan meninggal.
Saat itu, jurnalis tersebut tengah melakukan siaran langsung dari perbatasan Lebanon.
Beberapa saksi yang melihat kejadian itu mengatakan serangan berasal dari Israel.
Sementara Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidikinya.
Baca juga: IDF Klaim Temukan Senjata Hamas saat Pencarian di Bawah Air, Ada Alat Peledak hingga Amunisi
Menurut direktur eksekutif di Samir Kassir Foundation, Ayman Mhanna, ada kecenderungan Israel menargetkan jurnalis saat ini.
Hal tersebut karena kurangnya akuntabilitas atas semua serangan sebelumnya.
“Jadi, Israel percaya bahwa mereka memiliki semacam impunitas yang memungkinkan mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan terhadap semua warga sipil, termasuk jurnalis, karena mereka tahu betul bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang akan meminta pertanggungjawaban mereka,” kata Mhanna.