News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Militer China Diyakini Belum Punya Kemampuan Operasi Pendaratan Amfibi untuk Rebut Taiwan

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Patroli kapal fregat China. Militer China kembali menggertak Taiwan dengan menggelar latihan perang melibatkan empat kapal dan 57 pesawat tempur di perairan dekat Taiwan, Senin (9/1/2023).

TRIBUNNEWS.COM, TAIPEI - Berkali-kali ancaman Pemerintah China akan menghajar Taiwan yang membuat hubungan kedua negara memanas diduga hanya gertak sambal oleh Pemerintah China.

Militer China diyakini belum memiliki kemampuan mumpuni untuk melakukan operasi pendaratan amfibi jika ingin menguasai Taiwan.

Analisis itu disampaikan seorang pejabat tinggi keamanan Taiwan. Dia menegaskan, Presiden China Xi Jinping kemungkinan tidak akan memiliki kemampuan untuk melakukan invasi yang sukses ke Taiwan pada tahun 2027.

Berkaitan dengan hal tersebut, timbul keraguan terhadap kemajuan rencana modernisasi militer Beijing.

Mengutip Bloomberg, Wellington Koo, kepala Dewan Keamanan Nasional Taiwan mengatakan, pihaknya akan terus menunda jadwal rencana invasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) dengan memperkuat kemampuan pertahanannya.

“Saya tidak berpikir hal itu akan terjadi dalam waktu dekat atau setidaknya dalam satu hingga dua tahun,” kata Koo tentang invasi China.

Dia menambahkan, “Jika China harus melakukan operasi pendaratan amfibi untuk merebut Taiwan, saya rasa China tidak akan memiliki kemampuan seperti itu pada tahun 2027.”

Koo menolak menyebutkan kapan serangan bisa terjadi. Yang pasti, dia hanya mengatakan bahwa Taiwan tidak melihat Beijing melakukan persiapan invasi. Dia juga bilang, Beijing tengah menghadapi ketidakpastian tahun depan akibat kemerosotan ekonominya.

Sementara dunia juga harus menghadapi pemilu AS, dan perang di Eropa dan Timur Tengah.

Taiwan terpisah dari Tiongkok oleh lautan sepanjang lebih dari 100 mil (160 kilometer), dan garis pantainya yang terjal akan membuat invasi amfibi menjadi sulit.

Baca juga: 37 Pesawat Militer China Masuki Zona Pertahanan Udara Taiwan

Meskipun China memiliki angkatan laut terbesar di dunia berdasarkan jumlah kapal perang, kekuatan mereka sebagian besar belum teruji.

Koo mengatakan Taiwan akan menggunakan senjata bergerak seperti rudal anti-kapal, sistem roket Himars, drone, dan sistem anti-tank Javelin untuk mempersulit operasi pendaratan Tiongkok jika terjadi invasi.

Awal bulan ini, Koo mengatakan pemerintah AS mengambil langkah-langkah untuk mempercepat pengiriman sistem senjata Amerika ke Taiwan yang tertunda karena berbagai faktor, termasuk pengiriman ke Ukraina. 

Baca juga: Taiwan Luncurkan Kapal Selam Pertama Buatan Dalam Negeri, Diberi Nama Narwhal

Xi berupaya membangun kekuatan kelas dunia pada tahun 2027, tenggat waktu yang bertepatan dengan peringatan 100 tahun PLA.

Menurut Financial Times, pejabat tinggi militer AS telah menyatakan keraguannya bahwa China ingin menginvasi Taiwan. Hal ini mengurangi retorika tentang risiko perang yang telah meresahkan investor dan negara-negara lain di kawasan tersebut.

“Saya pikir [Presiden China] Xi Jinping sebenarnya tidak ingin mengambil alih Taiwan dengan paksa. Dia akan mencoba menggunakan cara lain untuk melakukan hal ini,” jelas Jenderal Charles Brown, ketua kepala staf gabungan AS, mengatakan kepada wartawan di Tokyo beberapa hari lalu.

Baca juga: Militer China Usir Kapal Perusak AS yang Menyusup ke Laut China Selatan

Menyoroti sulitnya pendaratan di pantai yang diperlukan untuk membawa pasukan invasi ke Taiwan, Brown mengatakan AS dan sekutunya perlu memperhatikan upaya lain yang dilakukan Xi untuk meningkatkan tekanan terhadap negara tersebut baik secara militer, diplomatis, dan ekonomi.

Pernyataannya muncul ketika AS dan China berusaha mengelola ketegangan yang meningkat dalam hubungan mereka dengan memulai kembali dialog. Presiden Joe Biden dan Xi akan bertemu di forum Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco pada minggu ini.

Laporan reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Sumber: Kontan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini