TRIBUNNEWS.COM, GAZA - Negara-negara Arab tidak memiliki rencana mendaratkan pasukan di Gaza sebagai bagian dari pembangunan perdamaian pasca-konflik setelah pertempuran antara Israel dan Hamas berakhir.
Penegasan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi di Bahrain, hari Sabtu, 18 November 2023. Dia menegaskan, dunia Arab tidak akan “membersihkan segala kekacauan” yang sudah dibuat oleh Israel selama ini di Gaza.
Nasib wilayah Palestina pasca-konflik telah muncul sebagai topik yang mendesak dibahas di tengah berlanjutnya pertempuran antara Israel dan pejuang Hamas di Gaza.
Pada awal November lalu atau sekitar sebulan setelah eskalasi terjadi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya akan mengelola “keamanan keseluruhan” di Gaza untuk jangka waktu “tidak terbatas” setelah permusuhan berakhir.
Pada saat yang sama, bahkan sekutu terdekat Israel pun menentang gagasan yang mereka sebut sebagai “pendudukan” dan “blokade” terhadap daerah kantong tersebut.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa “tidak boleh ada pendudukan kembali di Gaza” dan “tidak ada upaya untuk memblokade atau mengepungnya”. Daerah kantong tersebut juga tidak boleh menjadi “platform untuk terorisme atau serangan kekerasan lainnya”, tambahnya.
Baca juga: Listrik Padam, Jaringan Komunikasi Mati, Pengiriman Bahan Pangan PBB ke Gaza Ikut Terhenti
Rabu lalu, Bloomberg melaporkan bahwa AS dan UE mendorong pasukan penjaga perdamaian PBB di daerah kantong tersebut setelah berakhirnya operasi Israel.
Pada hari Senin, diplomat utama UE, Josep Borrell, mengatakan bahwa kerangka pembangunan perdamaian pasca-konflik harus dikembangkan “bekerja sama dengan Amerika Serikat dan negara-negara Arab.”
Menteri Safadi menegaskan pada hari Sabtu bahwa solusi dua negara bagi Israel dan Palestina akan menjadi satu-satunya jalan ke depan.
“Biar saya perjelas. Saya tahu bahwa saya berbicara atas nama Yordania, tetapi setelah membahas masalah ini dengan banyak orang, dengan hampir semua saudara kita, tidak akan ada pasukan Arab yang pergi ke Gaza. Tidak ada. Kami tidak akan dilihat sebagai musuh,” kata Menlu.
Dia juga menuduh pemerintah Israel saat ini, yang dipimpin oleh Netanyahu, bertujuan untuk mengusir warga Palestina dari Gaza. Menteri luar negeri juga menyebut rencana tersebut sebagai “ancaman langsung” terhadap keamanan nasional Yordania.
Diplomat tertinggi negara Arab tersebut kemudian mengatakan bahwa rencana nyata apa pun untuk pembangunan perdamaian pasca-konflik hanya dapat dilakukan setelah operasi Israel berakhir.
“Bagaimana orang bisa bicara tentang masa depan Gaza jika kita tidak tahu Gaza seperti apa yang akan tersisa setelah agresi ini berakhir?” Safadi bertanya.
Operasi militer Yerusalem Barat di Gaza telah berlangsung sejak 7 Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.
Lebih dari 200 orang, termasuk militer dan warga sipil, serta warga negara asing, disandera dalam serangan Hamas.
Israel menanggapinya dengan pemboman besar-besaran di daerah kantong tersebut, diikuti dengan operasi darat, yang telah merenggut lebih dari 11.000 nyawa warga Palestina, menurut para pejabat Gaza.
Sumber: Russsian Today