News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Akui Bunuh Warganya Sendiri saat Festival Musik 7 Oktober 2023

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah gambar yang diambil pada tanggal 5 November 2023, menunjukkan puing-puing berserakan di lokasi hampir sebulan setelah serangan di Festival Musik Supernova oleh militan Hamas, dekat Kibbutz Reim di gurun Negev.

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Israel membunuh beberapa warganya sendiri selama serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, menurut penyelidikan polisi Israel yang menyelidiki festival musik Nova di dekat perbatasan Gaza, Haaretz melaporkan.

Di hari itu, pejuang Hamas melintasi perbatasan dari Gaza ke Israel, dalam operasi yang disebut Operasi Banjir Al-Aqsa atau Operasi Badai Al-Aqsa.

Sebuah helikopter tempur Israel kemudian dikirim dari pangkalan Ramat David untuk menargetkan para pejuang Hamas tersebut.

Namun, sumber polisi kini telah mengonfirmasi bahwa helikopter itu juga menembaki dan membunuh beberapa pemukim Israel yang menghadiri festival musik itu.

Pengakuan tersebut, merupakan pengakuan pertama bahwa Pasukan Pendudukan Israel (IOF) bertanggung jawab atas sebagian kematian di festival tersebut.

Sebelumnya, militer Israel mengeklaim semua kematian adalah akibat dari serangan Hamas.

Baca juga: Temuan Terbaru: Selain Hamas, Militer Israel Ikut Tembaki Ribuan Warganya yang Hadiri Festival Musik

Laporan sebelumnya di media Israel juga mengisyaratkan bahwa pasukan Israel menyebabkan jatuhnya korban sipil di dekat perbatasan Gaza.

Di Be’eri, sebuah pemukiman dekat perbatasan, pasukan Israel membunuh warga sipil Israel dan pejuang Hamas dengan peluru tank ketika mereka menanggapi serangan Hamas.

Skenario serupa terjadi di Sderot, di mana pejuang Hamas mengambil alih kantor polisi setempat dan mendorong pasukan Israel menembakkan tank, yang mengakibatkan beberapa korban jiwa di kedua sisi.

Haaretz juga melaporkan bahwa ada kemungkinan para pejuang Hamas sebenarnya tidak mengetahui ada festival musik di hari itu.

Mereka diduga awalnya menargetkan Kibbutz Reim atau kibbutz lain.

Tetapi mereka diduga memutuskan untuk datang ke festival tersebut, setelah mengetahui bahwa sedang ada acara massal yang sedang diadakan di sana.

Pejabat senior keamanan percaya bahwa pejuang Hamas baru mengetahui adanya festival tersebut melalui drone dan kemudian mengarahkan pejuangnya ke lokasi menggunakan sistem komunikasi mereka, menurut Haaretz.

Sebuah video dari kamera tubuh seorang pejuang Hamas yang ditangkap mendukung penilaian ini.

Ia terdengar menanyakan arah kepada seorang warga Israel yang ditangkap untuk mencapai festival tersebut.

Salah satu detail penting yang mendukung teori ini adalah bahwa pejuang Hamas pertama tiba di festival Nova dari arah jalan 232, bukan dari arah pagar perbatasan Gaza, seperti asumsi awal.

Hamas Tembaki Penonton Festival Musik di Gurun Pasir, Ratusan Orang Lari Kocar-kacir (CNN)

Baca juga: Media Israel: Hamas Tak Berencana Serang Festival Musik 30 Menit usai Luncurkan 5.000 Roket

Penyelidikan terhadap insiden festival Nova telah menimbulkan ketidakpastian mengenai rincian korban yang disebabkan oleh Hamas dan yang disebabkan oleh IOF.

Hal ini juga menimbulkan pertanyaan tentang penolakan pasukan Israel untuk bernegosiasi untuk pembebasan tawanan, sehingga menambah kompleksitas pihak mana yang bertanggung jawab atas kematian pada tanggal 7 Oktober.

Awalnya, Israel mengeklaim 1.400 warga Israel tewas selama serangan 7 Oktober, kemudian merevisi jumlahnya menjadi 1.200 pada 10 November lalu.

Juru bicara Israel Mark Regev mengakui kesalahannya dengan menyatakan bahwa 200 orang yang diduga warga Israel rupanya pejuang Hamas atau warga Palestina.

200 korban itu awalnya disangka orang Israel karena luka bakar mereka yang parah.

Dalam wawancara baru-baru ini dengan MSNBC, Regev berkata:

“Kami melakukan kesalahan. Sebenarnya ada mayat-mayat yang terbakar parah, kami pikir itu milik kami, pada akhirnya ternyata mereka adalah Hamas."

Rezim Israel menggunakan serangan Hamas 7 Oktober sebagai pembenaran untuk melanjutkan pemboman tanpa henti terhadap Jalur Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 12.000 warga Palestina, termasuk 4.710 anak-anak.

Sebanyak 26 dari 35 rumah sakit di Gaza tidak lagi beroperasi akibat rusak akibat serangan udara Israel atau kekurangan bahan bakar.

Rumah sakit yang tersisa, beroperasi pada kapasitas maksimum, lapor media Palestina, WAFA.

Orang-orang berjalan melewati gedung-gedung yang hancur akibat pemboman Israel di Gaza, di Bureij di pusat Jalur Gaza, pada 14 November 2023, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas. (Muhammad ABED / AFP)

Baca juga: Serangan udara Israel ke RS Indonesia di Gaza, sedikitnya 10 orang tewas

Menteri Kesehatan Palestina, Mai Alkaila, mengatakan bahwa Israel melakukan genosida terhadap seluruh sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza, termasuk rumah sakit, dokter, dan pasien.

“Di manakah sikap para dokter dan profesional kesehatan di seluruh dunia mengenai kekejaman yang dilakukan terhadap rekan-rekan mereka di sektor kesehatan Palestina di Gaza dan Tepi Barat?"

"Mereka pernah menjadi rekan mahasiswa Anda di Amerika Serikat, Eropa, Rusia, dan negara-negara Arab,” kata Alkaila pada konferensi pers di Ramallah.

Pada hari Sabtu, IOF memberi pemberitahuan satu jam kepada ratusan orang di dalam rumah sakit Al-Shifa untuk mengungsi.

Sumber medis mengatakan kepada WAFA bahwa 150 pasien yang sakit kritis, lebih dari 30 bayi prematur, dan lima dokter masih dirawat di rumah sakit karena ketidakmampuan mereka untuk bergerak.

Empat dari 39 bayi di inkubator meninggal pekan lalu setelah rumah sakit kehabisan oksigen dan listrik akibat pengepungan Israel di Gaza.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini