TRIBUNNEWS.COM - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mendesak semua negara untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Pernyataan itu diungkapkannya saat pertemuan virtual para pemimpin BRICS, Selasa (21/11/2023).
Mengutip Al Arabiya, Arab Saudi menuntut dimulainya proses perdamaian yang serius dan komprehensif untuk mendirikan negara Palestina.
“Posisi Kerajaan adalah konstan dan tegas; tidak ada cara untuk mencapai keamanan dan stabilitas di Palestina kecuali melalui penerapan keputusan internasional terkait solusi dua negara,” kata MBS.
MBS menegaskan kembali penolakan Kerajaan terhadap operasi militer Israel di Jalur Gaza dan menuntut penghentian segera operasi tersebut.
Ia mengatakan bahwa “kejahatan brutal” yang terjadi di Gaza memerlukan upaya kolektif untuk mengakhirinya.
Arab Saudi melakukan upaya tak kenal lelah sejak awal perang pada 7 Oktober untuk melindungi warga sipil di Jalur Gaza, tambahnya.
Baca juga: Bertemu PM Mohammed bin Salman, Jokowi Ajak Arab Saudi Hentikan Eskalasi Kekerasan di Palestina
Apa Itu BRICS?
Mengutip CBS News, berikut hal-hal yang perlu diketahui seputar BRICS.
BRICS, yang semula adalah BRIC, merupakan akronim dari negara Brasil, Russia, India, China dan Afrika Selatan (South Africa).
Akronim BRIC dibuat oleh seorang analis ekonomi Jim O'Neill pada tahun 2001.
Dalam papernya, Jim O'Neill menulis bahwa empat negara BRIC nantinya akan memiliki pertumbuhan PDB yang akan melebihi negara-negara G7.
Negara-negara G7, yakni Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris, adalah kelompok negara dengan perekonomian maju di dunia.
O'Neill menemukan bahwa pada akhir tahun 2000, Brasil, Rusia, India dan China menyumbang sekitar 23,3 persen dari PDB dunia.
Ia memperkirakan PDB negara-negara BRIC akan meningkat dan mengatakan negara-negara G7 harus mempertimbangkan untuk menambahkan perwakilan BRIC ke dalam kelompok tersebut.
Keempat negara membentuk kelompok informal pada tahun 2006 sebagai sekutu yang berkontribusi terhadap perekonomian dunia.
Pada tahun 2011, Afrika Selatan bergabung dengan grup tersebut, sehingga akronimnya menjadi BRICS.
Baca juga: Di Depan Petinggi BRICS, Jokowi: Hilirisasi Tak Boleh Dihalangi!
Pada tahun 2023, BRICS melampaui kontribusi PDB global negara-negara G7, menurut kelompok tersebut, yang mengatakan BRICS menyumbang hampir 1/3 dari aktivitas ekonomi dunia.
Para pemimpin dari negara-negara BRICS bertemu setiap tahun.
KTT tahun ini yang digelar di Johannesburg, Afrika Selatan.
Kelompok ini bertujuan membentuk kembali lanskap ekonomi politik untuk menguntungkan diri mereka sendiri.
BRICS telah membentuk Dewan Bisnis, Perjanjian Cadangan Kontingen yang memberikan dukungan likuiditas jangka pendek, dan Bank Pembangunan Baru, yang mendukung proyek pembangunan di negara-negara BRICS.
KTT BRICS tahun ini telah digelar pada 22-24 Agustus lalu dengan fokus pada pengurangan ketergantungan global terhadap dolar AS.
Negara mana saja yang ingin bergabung dengan BRICS?
Lebih dari 40 negara mengatakan mereka ingin bergabung dengan BRICS dan 22 negara telah mengajukan formulir.
“Koalisi yang berkembang ini merupakan bukti meningkatnya pengaruh BRICS di kancah internasional dan potensinya dalam membentuk masa depan keuangan global,” kata kelompok tersebut.
Iran, Argentina, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kazakhstan, Bolivia, Mesir, Ethiopia, Kuba, Aljazair, Republik Demokratik Kongo, Komoro dan Gabon termasuk di antara negara-negara yang menyatakan tertarik untuk bergabung dengan BRICS, lapor Reuters.
Baca juga: Indonesia Belum Berminat Gabung BRICS, Jokowi: Kita Tidak Ingin Tergesa-gesa
Negara-negara ini berharap bahwa dengan bergabung mereka akan mendapatkan lebih banyak manfaat ekonomi daripada model ekonomi dan perdagangan Barat saat ini.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)