Kim telah menjadikan keberhasilan pengembangan satelit pengintaian sebagai prioritas program modernisasi militernya, dengan alasan bahwa peralatan tersebut akan meningkatkan kemampuan Korea Utara untuk memantau negara tetangganya dan menangani dugaan ancaman dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Malligyong-1 diluncurkan pada Selasa malam, beberapa jam setelah Pyongyang memberi tahu Jepang tentang niatnya meluncurkan satelit antara 22 November dan 1 Desember.
Peluncuran semacam itu dilarang berdasarkan sanksi Dewan Keamanan PBB yang dirancang untuk mengekang program rudal balistik Korea Utara, dan hal ini dengan cepat dikutuk oleh Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, dan PBB.
Pada Rabu sore, sebagai tanggapan atas peluncuran tersebut, Korea Selatan melanjutkan operasi pengawasan di perbatasan utaranya sebagai penangguhan sebagian dari perjanjian tahun 2018.
Peluncuran Setelit Mata-mata
Peluncuran satelit mata-mata itu bisa menjadi upaya ketiga pemerintahan Kim Jong Un untuk menempatkan satelit mata-mata ke orbit meski melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada Selasa (21/11/2023), Penjaga Pantai Jepang membenarkan bahwa Korea Utara memberikan pemberitahuan tentang peluncuran tersebut.
"Roket itu akan ditembakkan ke arah Laut Kuning dan Laut China Timur," terang Penjaga Pantai Jepang.
Pemberitahuan itu juga memicu kecaman langsung dari Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida.
Dikutip Ap News, Kishida mengatakan sistem pertahanan udara Jepang, termasuk kapal perusak Aegis dan rudal pertahanan udara PAC-3, siap menghadapi situasi tak terduga yang (akan) muncul.
"Bahkan jika tujuannya adalah untuk meluncurkan satelit, penggunaan teknologi rudal balistik merupakan pelanggaran terhadap serangkaian resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Kishida kepada wartawan.
"Ini juga merupakan masalah yang sangat mempengaruhi keamanan nasional," tegasnya.
Ia mengatakan kepada para pejabat untuk mencoba membujuk Pyongyang agar membatalkan rencana peluncuran tersebut melalui kerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan, lapor Kyodo News.
Reaksi Korea selatan
Sementara itu, Badan Keamanan Maritim Kosel juga bereaksi atas rencana peluncuran roket yang membawa satelit mata-mata Pyongyang.
Dengan cepat, Seoul memperingatkan kapal-kapal yang berlayar di dekat wilayah peluncuran itu.