TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Israel tersinggung dengan kritikan Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez dan Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo.
Kantor Kementerian Luar Negeri Israel memanggil duta besar dari kedua negara itu setelah kedua perdana menteri Eropa itu mengunjungi pemimpin Israel dan Palestina pada Kamis (23/11/2023).
Israel menuduh Spanyol dan Belgia mendukung terorisme setelah menyerukan agar diterapkan gencatan senjata dan Israel berhenti membunuh warga sipil di Jalur Gaza.
"Kami mengutuk keras pernyataan perdana menteri Spanyol dan Belgia yang tidak menganggap Hamas bertanggung jawab penuh atas kejahatan kemanusiaan," kata kantor perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Jumat (24/11/2023).
Pihak Spanyol menanggapi pernyataan Israel melalui Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albarez dalam siaran TV pada malam harinya.
Spanyol mengatakan tuduhan pemerintah Israel adalah salah dan tidak dapat diterima, seperti diberitakan Reuters.
Baca juga: Hamas Bebaskan 13 Sandera Israel dan 11 WNA dari Gaza di Hari ke-1 Gencatan Senjata
Spanyol dan Belgia Kritik Israel
Sebelumnya, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez dan Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo berbicara dalam konferensi pers di penyeberangan Rafah-Mesir di perbatasan Jalur Gaza, Jumat (24/11/2023).
Keduanya telah mengunjungi Yerusalem untuk bertemu Perdana Menteri Israel Netanyahu dan Ramallah untuk bertemu Presiden Otoritas Pembebasan Palestina (PLO), Mahmoud Abbas pada Kamis (23/11/2023).
Baca juga: Warga Sambut Tahanan Palestina Bawa Bendera Hamas, Israel Marah: Kamu Bisa Dipenjara Lagi
Spanyol mengatakan Israel berhak membela diri dari Hamas, namun tidak seharusnya membunuh warga sipil.
"Israel mempunyai hak untuk membela diri. Namun, hak ini tidak dapat mencakup kematian warga sipil yang tidak bersalah, termasuk ribuan anak-anak, di Gaza," kata Pedro Sanchez, dikutip dari AA.
"Pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil tidak berdosa di Gaza, termasuk ribuan anak, benar-benar tidak dapat diterima," lanjutnya.
"Menemukan solusi terhadap krisis Gaza saja tidak cukup," tambahnya.
Menurutnya, Israel harus menjadi pihak pertama yang mengambil pendekatan komprehensif untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, termasuk di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
"Masyarakat internasional dan Israel harus mengakui negara Palestina," katanya, mendesak agar solusi 2 negara kembali dibahas.
Baca juga: Cegah Kekerasan Israel-Palestina Terus Berulang, PM Spanyol Desak Resolusi 2 Negara
Sementara itu, Perdana Menteri Belgia, Alexander De Croo mendesak Israel untuk menghormati hukum internasional.
"Israel harus menghormati hukum kemanusiaan internasional dan pembunuhan warga sipil harus dihentikan," kata De Croo.
Pemimpin Spanyol dan Belgia itu menjadi sebagian kecil dari anggota Uni Eropa yang menekankan gencatan senjata dan penghormatan HAM di Gaza.
Sementara itu, media Belgia dan Spanyol yang mendampingi kunjungan mereka mengatakan terkejut dengan reaksi Israel karena komentar kedua perdana menteri itu sama dengan pesan yang disampaikan ketika bertemu Netanyahu.
Hamas Palestina vs Israel
Baca juga: Israel Tembaki Warga Palestina yang Kembali ke Gaza Utara saat Gencatan Senjata 4 Hari
Desakan dari pemimpin Spanyol dan Belgia ini menyusul pemboman Israel yang masif di Jalur Gaza, menewaskan lebih dari 15.000 warga Palestina.
Israel menanggapi Hamas Palestina yang memulai Operasi Banjir Al-Aqsa dengan menerobos perbatasan Israel dan Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) pagi.
Hamas mengatakan, serangan itu adalah tanggapan atas kekerasan yang dilakukan Israel terhadap Palestina selama ini, terutama kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa, seperti diberitakan Al Arabiya.
Kelompok tersebut menculik 240 orang dari wilayah Israel dan meluncurkan ratusan roket, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang di wilayah Israel.
Pemboman Israel di Jalur Gaza menewaskan lebih dari 15.083 warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga perhitungan korban pada Sabtu (25/11/2023), dikutip dari Al Jazeera.
Selain itu, kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina juga terjadi di Tepi Barat, wilayah yang dipimpin Otoritas Pembebasan Palestina (PLO).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel